Surabaya (pilar.id) – Sejak diresmikan pada 2016 lalu, Jembatan Suroboyo yang membentang di pesisir kawasan Kenjeran menjadi jujugan warga untuk wisata dan olahraga.
Alih-alih sebagai sarana transportasi, sepanjang hari, jembatan ini memang ditutup bagi kendaraan bermotor.
Para pesepeda maupun pejalan kaki, juga pelari tentunya, memilih beraktifitas di atas jembatan untuk bisa menyerap sinar matahari, langsung tanpa adanya penghalang.
Dengan hawa pinggir laut yang relatif lebih sejuk, harapan bisa pulang dengan kondisi tubuh yang lebih segarpun tersematkan.
Sebenarnya jembatan di atas laut ini terbuka kapan saja bagi warga yang mau beraktivitas luar ruang, baik pagi maupun sore hari saat mentari mulai menghangat. Namun, suasana lebih ramai saat Minggu pagi.
Tak hanya yang berniat olahraga, di hari Minggu banyak keluarga yang berkumpul di bentangan sepanjang 2600 kaki atau sekitar 800 meter ini, sekedar melepas kepenatan setelah sepekan lelah bekerja.
“Healing tipis-tipis lah,” ujar Toni, warga Wonokromo. Tak perlu jauh-jauh ke luar kota, menikmati hamparan selat tak terbatas cakrawala dan semilir angin laut, cukup baginya membersamai istri dan kedua anaknya menikmati akhir pekan.
Dirinya yang sudah memakai baju dan sepatu lari, masih sempat mencari keringat, sementara keluarganya asik bercengkerama di atas aspal jalanannya.
Sesekali mereka juga menikmati jajajan jalanan yang disajikan oleh UKM yang dibolehkan menggelar dagangan khusus di Minggu pagi. Pentol, Jagung rebus, atau kerupuk hasil laut olahan warga lokal jadi pilihan.
Sungguh cara menikmati sinar pagi yang bisa memberi kebahagiaan dengan sangat mudah, murah, dan meriah. (ton/hdl)