Malang (pilar.id) – Sejak diresmikan menjadi Kampung Heritage, kawasan Kajoetangan (Kayutangan), Klojen, Malang perlahan-lahan akrab di telinga wisatawan lokal.
Kawasan tua yang membentang dari pertigaan gedung PLN kota Malang hingga ke arah selatan di perempatan alun-alun kota ini menata diri menjadi destinasi alternatif wisata di kota Malang.
Salah satu koridor atau jalan masuk kawasan Kajoetangan adalah kampung Taloen Lor yang kental nuansa masa lalu.
Kampung ini berada di RW 10, Kauman, Klojen, Malang. Kampung yang hanya bisa dilewati kendaraan roda dua ini menyimpan sejumlah bangunan lama yang cukup terjaga hingga kini. Sebagian besar rumah tua masih dihuni oleh warga. Baik warga asli maupun pendatang.
Ilman Zainudin, 40 tahun, warga Jalan AR Hakim gang 2, Taloen Lor, Klojen, Malang mengisahkan bahwa dirinya lahir dan besar di kampung ini.
“Saya adalah generasi ke-3 di keluarga kami. Menurut cerita orang tua, kakek yang mulai membangun rumah-rumah keluarga kami pada dekade 1930-an,” tutur Ilman yang kini tinggal di salah satu rumah peninggalan keluarganya.
Rumah-rumah lama di Taloen Lor tergolong terawat. Bangunan khas era 1930an yang khas dengan struktur kokoh dan dinding tebal, dilengkapi pagar tembok setengah badan orang dewasa dengan pintu besi.
Bagi penggemar arsitektur atau bangunan lama, Taloen Lor, yang banyak dihuni oleh para pedagang pasar Besar Malang, menawarkan keindahan pemukiman padat di masa lalu.
Di tengah upaya penataan diri, kampung Taloen Lor juga berhadapan dengan sejumlah tantangan. Kawasan ini adalah bagian dari kawasan Kampung Heritage Kajoetangan, yang terdiri dari empat RW.
“Wilayah kami di RW 10 terdapat kurang lebih 250 kepala keluarga. Tentu saja, kami sadar akan potensi kampung kami. Namun upaya terus-menerus kami lakukan agar seluruh warga ikut berkarya menghidupkan potensi wilayahnya ,” jelas Iing, salah satu tokoh penggerak kampung Taloen Lor.
Upaya pelestarian kawasan lama juga didukung dengan penggalian potensi usaha kecil menengah.
Warga yang memiliki usaha memproduksi makanan atau berjualan mulai membuka diri dengan berjualan. Sebuah kedai STMJ dengan nuansa rumah lama menjadi daya tarik di tengah kampung, selain kafe yang menawarkan kopi dan makanan kecil. (muk/hdl)