Jakarta (pilar.id) – Dalam upaya mengatasi perubahan iklim dan memenuhi kebutuhan dunia akan bahan bakar nabati rendah karbon berkelanjutan, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan minyak kelapa sawit sebagai solusi yang nyata. Hal ini disampaikan oleh Chairman Sinar Mas Agribusiness & Food, Franky Oesman Widjaja, saat menjadi pembicara kunci pada Indonesia Sustainability Forum 2023 di Jakarta.
Dalam diskusi bertajuk Fuels of the Future for Low Carbon Industry Solution, yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi bersama Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN Indonesia), Franky menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam menghadapi dampak perubahan iklim melalui pemanfaatan sumber daya alam yang dimilikinya, termasuk minyak kelapa sawit.
Franky menggarisbawahi bahwa komoditas kelapa sawit adalah berkah bagi Indonesia, mampu memberikan pekerjaan bagi lebih dari 17 juta orang, terutama di daerah pedesaan. Selain itu, minyak kelapa sawit juga menjadi kontributor utama ekspor Indonesia, dengan nilai ekspor mencapai sekitar 40 miliar Dollar AS pada tahun 2022.
Minyak kelapa sawit memiliki produktivitas yang tinggi, mampu menghasilkan 5 hingga 10 kali lebih banyak minyak per hektar perkebunannya dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Franky menjelaskan bahwa dengan hanya menggunakan 8 persen dari total lahan yang digunakan untuk memproduksi minyak nabati, minyak kelapa sawit dapat memenuhi 40 persen kebutuhan minyak nabati dunia saat ini.
Franky juga menyatakan keyakinannya bahwa produksi minyak kelapa sawit akan terus meningkat tanpa perlu perluasan lahan perkebunan. Ia memperkirakan bahwa pada tahun 2045, produksi minyak kelapa sawit dapat mencapai 100 juta ton per tahun.
Indonesia telah mendekarbonisasi ekonominya melalui program B35, yang merupakan kebijakan pencampuran bahan bakar nabati terbesar di dunia, dengan target penyaluran hingga 3,15 juta kiloliter biodiesel pada tahun ini. Potensi peningkatan lebih lanjut dapat dicapai dengan menggunakan teknologi seperti hydrotreated vegetable oil yang lebih efisien.
Franky menyatakan keyakinannya bahwa minyak kelapa sawit juga dapat digunakan sebagai bahan bakar pesawat udara. Namun, upaya ini akan tetap memperhatikan kebutuhan komoditas yang sama untuk industri lainnya, terutama industri pangan. (ret/ted)