Jakarta (pilar.id) – Pemerintah Jepang tengah berhadapan dengan isu jumlah populasi penduduk yang terus menurun dalam 12 tahun terakhir. Disebutkan, sepanjang waktu itu masyarakat Jepang berhadapan dengan kondisi yang berdampak pada penurunan jumlah populasi.
Sebut saja, tingkat kelahiran yang rendah. Tingkat kelahiran di Jepang telah menurun selama beberapa dekade terakhir. Banyak pasangan muda di Jepang memilih untuk tidak memiliki anak karena alasan finansial atau karena sulitnya menyeimbangkan karir dan keluarga.
Hal lain adalah karena usia harapan hidup yang tinggi. Usia harapan hidup di Jepang sangat tinggi, dan orang Jepang hidup lebih lama dari sebelumnya. Ini berarti bahwa populasi usia lanjut di Jepang lebih besar dari sebelumnya, sementara jumlah kelahiran menurun.
Pemerintah Jepang dalam 12 tahun terakhir juga berhadapan dengan kurangnya imigrasi. Karena mereka memiliki kebijakan imigrasi yang ketat dan jumlah imigran yang masuk ke negara itu relatif rendah.
Hal ini berdampak pada pertumbuhan populasi, karena jumlah kelahiran yang rendah tidak dapat ditutupi dengan imigrasi.
Selain imigrasi, problem kependudukan juga bersumber pada urbanisasi. Sebagian besar populasi Jepang tinggal di daerah perkotaan, sementara daerah pedesaan mengalami penurunan populasi. Hal ini juga memengaruhi pertumbuhan populasi.
Kombinasi faktor-faktor ini telah menyebabkan populasi penduduk Jepang menurun dalam 12 tahun terakhir, dan diperkirakan akan terus menurun di masa depan.
Data yang ada menyebutkan, selama 12 tahun berturut-turut populasi di Negeri Matahari Terbit itu turun menjadi 124,95 juta jiwa pada 2022.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida berjanji untuk fokus pada kebijakan yang berkaitan dengan anak-anak pada tahun ini.
Dalam pidato tahun barunya, ia mengatakan bahwa ia akan meningkatkan anggaran untuk pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan anak-anak, serta memberikan insentif bagi keluarga yang memiliki lebih dari satu anak.
Ia juga berencana untuk memperluas program vaksinasi Covid-19 untuk anak-anak usia sekolah dan meningkatkan kapasitas tes dan perawatan.
Ia mengatakan bahwa dengan melindungi dan mendukung anak-anak, Jepang dapat mengatasi tantangan demografi dan ekonomi yang dihadapinya. Ia menambahkan bahwa ia akan terus bekerja sama dengan negara-negara lain untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia-Pasifik. (usm/hdl)