Surabaya (pilar.id) – Bagi warga Jawa Timur, Pasar Pabean Surabaya dikenal sebagai salah satu pusat perkulakan rempah dan bahan pangan yang menjanjikan. Seperti menjentikkan jari tangan, apapun yang kita cari pasti tersedia.
Pasar yang terletak di kawasan Surabaya Utara ini, tepatnya di Jl Songoyudan, Nyamplungan, berdiri sejak tahun 1849. Selain dikenal sebagai pusat belanja warga, Pasar Pabean juga jadi tempat kulak para pengusaha.
Mohammad Fauzan, 51 tahun, pemilik resto di tengah kota Surabaya mengaku jika setiap hari ke Pasar Pabean untuk belanja ikan. “Di luar pasar ada banyak pedagang ikan. Baik yang segar atau ikan asin. Asal mau nawar, dapat harga murah,” katanya.
Selain Fauzan, pengusaha resto lain dari Surabaya dan sekitarnya juga terbiasa untuk belanja di sini. Selain ikan, mereka akn berburu rempah, sayur segar dalam jumlah besar, dan masih banyak lagi.
Pedagang di Pasar Pabean sendiri berasal dari banyak tempat. Selain Surabaya, ada pedagang dari Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, Lamongan, dan Madura. “Kalau tidak ada hujan per hari dapatnya bisa sejuta,” kata salah satu pedagang ikan di tempat ini.
Di bagian dalam pasar, suasana semakin riuh. Aroma bawang merah dan putih, beradu dengan rempah dan sayur lainnya. “Jangan lihat-lihat saja, ayo beli,” canda salah satu pedagang.
Menikmati suasana Pasar Pabean, kita mungkin larut dalam aroma kerja keras orang-orang didalamnya. Tak lagi mengingat, dulu, pasar ini adalah kawasan Pecinan. Berbatasan dengan Jl KH Mas Mansyur yang pada masanya dikenal dengan nama Kampementstraat dan kampung Arab Surabaya Utara.
Riuh Pasar Pabean, sejak dulu hingga kini, nyaris tak berubah. Gelombang modernisasi tak mampu melumpuhkan pasar penyedia ikan terbesar di Surabaya ini.
Zubaidi, 71 tahun, warga Songoyudan, jadi salah satu saksi sejarah perjalanan Pasar Pabean. “Sejak dulu ya ramai seperti ini,” katanya sambil menikmati secangkir kopi, tak jauh dari tempat parkir pasar.
“Pasar ini menghidupi banyak orang. Ya pedagang, ya kuli angkut, pengecer, pemilik warung, tukang parkir,” katanya lagi.
Ikan-ikan di Pasar Pabean adalah hasil tangkapan yang dibawa dari Pelabuhan Rakyat Kalimas. Setiap hari, kata Zubaidi, ada beberapa truck kecil membawa wadah besar berisi ikan hasil tangkapan lalu di jual di pasar.
Zubaidi dulu aktif sebagai pedagang sayur. Kini membuka kios kopi dan rokok, melayani pengunjung dan pedagang pasar. “Di sini orangnya rukun. Yang bikin gara-gara ya remuk (hancur, red). Orang Jawa, Madura, Arab, nglumpuk dadi siji (berkumpul jadi satu, red). Wong niatnya sama-sama cari rezeki masak mau ribut,” katanya.
Saat ia berdiri dan melayani pesanan dari pengunjung warung, di luar, orang-orang di Pasar Pabean terus bergerak. Melayani pembeli, berteriak saat ada kendaraan atau kuli panggul lewat, ada juga yang duduk menghitung laba. Semua berjalan begitu saja. (hdl)