Denpasar (pilar.id) – Pemilu 2029 diperkirakan akan menjadi era baru kampanye politik, dengan dominasi teknologi Artificial Intelligence (AI) dan media digital sebagai strategi utama.
Perubahan ini diyakini dapat meningkatkan efektivitas komunikasi politik di tengah masyarakat, khususnya generasi muda.
Ketua KPU Bali, I Dewa Agung Gede Lidartawan, menyoroti pentingnya adaptasi teknologi dalam talkshow bertajuk Retorika Politik dalam Membentuk Opini Publik Melalui Komunikasi yang Efektif di Era Digital di Denpasar, Bali.
“Pendekatan komunikasi politik seperti baliho dan spanduk tidak lagi relevan untuk Gen Z. Mereka membutuhkan informasi yang relevan, bukan sekadar euforia visual,” ujar Lidartawan.
Ia menegaskan, kampanye berbasis teknologi digital akan memberikan edukasi demokrasi yang lebih mendalam.
Lidartawan menambahkan bahwa Pemilu 2029 akan menjadi tonggak perubahan besar.
“Siapa pun yang mampu menguasai media digital, platform daring, dan teknologi AI akan memiliki keunggulan signifikan dalam meraih dukungan publik,” tegasnya.
Media Digital, Kunci Kampanye dan Transparansi
Ketua KPID Bali, I Gede Agus Astapa, juga menggarisbawahi peran besar media digital dalam membentuk opini publik. Menurutnya, media digital bukan hanya alat penyebaran informasi, tetapi juga sarana membangun kepercayaan melalui rekam jejak digital.
“Media sosial dan platform daring memberi keuntungan besar bagi mereka yang dapat memanfaatkannya secara maksimal. Rekam jejak digital dapat diakses kapan saja, sehingga transparansi semakin terjamin,” jelas Agus Astapa.
Namun, ia juga mengingatkan pentingnya mengelola dinamika dunia digital, termasuk pro dan kontra yang sering muncul di media sosial.
Menanggapi penjelasan ini, Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Hindu UHN, I Dewa Ayu Hendrawathy, menambahkan bahwa era digital memberikan peluang bagi masyarakat untuk mengevaluasi realisasi janji politik para kandidat.
“Rekam jejak digital memungkinkan masyarakat memantau janji dan program yang pernah disampaikan para kandidat, sehingga mereka dapat lebih kritis dalam mengevaluasi kinerja pemimpin terpilih,” ujarnya.
Diskusi ini, menurutnya, menjadi pengingat bagi masyarakat untuk terus mengawal pelaksanaan janji politik demi tercapainya demokrasi yang lebih baik.
Pemanfaatan teknologi digital dan AI dalam kampanye politik tidak hanya memberikan keuntungan strategis bagi para kandidat, tetapi juga menciptakan ruang transparansi dan evaluasi yang lebih terbuka bagi masyarakat. Pemilu 2029 pun diharapkan menjadi era baru politik yang lebih inklusif dan efektif. (hdl)