Jakarta (pilar.id) – Sebentar lagi, Indonesia akan memasuki tahun politik menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) serentak pada 14 Februari 2024 tahun depan.
Masa-masa tahun politik ini, jadi perhatian tersendiri bagi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) terutama mengantisipasi terjadinya kekisruhan politik seperti tahun-tahun sebelumnya. PBNU juga telah memberikan imabauan agar tidak ada penggunaan politik identitas di Pemilu 2024.
Lebih lanjut, PBNU juga meminta agar para politisi tidak menggunakan tempat ibadah sebagai lokasi kampanye. Hal tersebut, disampaikan oleh Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf atau yang kerap diapa Gus Yahya usai melakukan audiensi bersama Komisioner KPU.
“Ini berbahaya. Kampanye di tempat ibadah itu bahaya sekali. Tolong jangan. Jangan dilakukan. Tolong, jangan dilakukan,” tegas Gus Yahya di Kantor PBNU, Jakarta, Rabu (4/1/2023).
Kampanye yang dilakukan di tempat ibadah menurut Gus Yahya, bisa memantik munculnya penggunaan politik identitas. Dimana, politik identitas dinilai memiliki dampak luar biasa merusak di kalangan masyarakat.
Sehingga, Gus Yahya memberikan wanti-wanti agar tidak ada penggunaan politik identitas temasuk, kampanye di tempat ibadah.
Mencapai kemenangan di Pemilu tentu jadi cita-cita dari banyak partai politik. Namun, jangan sampai cita-cita tersebut dicapai menggunakan cara-cara berbahaya seperti politik identitas yang memiliki potensi besar merusak persatuan masyarakat.
“Mari kita jangan ikut-ikutan. Pengen menang, ya pengen nmenang. Tapi, jangan pakai carat itu,” tegas Gus Yahya. (fat)