Depok (pilar.id) – PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) secara aktif berpartisipasi dalam Focus Group Discussion (FGD) Penerapan Artificial Intelligence (AI) di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Pada acara yang berlangsung di Hotel Savaro Depok pada 28 November 2023, PHI hadir sebagai narasumber untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik terkait penerapan kecerdasan buatan dalam mendukung operasi hulu migas.
Sekretaris Utama BPOM, Rita Mahyona, membuka kegiatan FGD tersebut, sementara Kepala Pusat Data dan Informasi Obat dan Makanan BPOM, A. Indra Jaya Sukma, memimpin rangkaian kegiatan FGD.
Dalam sesi presentasi, Manager IT Planning, Relation, Governance & Security PHI, Rizal Purwanto, memaparkan profil perusahaan dan relevansinya dengan industri migas dari hulu hingga hilir, termasuk implementasi AI. Rizal menyatakan komitmen PHI untuk memberikan manfaat dan nilai tambah bagi pemangku kepentingan.
“Pengalaman kami di industri hulu migas bisa menjadi inspirasi untuk penerapan AI di berbagai sektor, mendukung keberhasilan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan,” ungkapnya.
Deffarmen Mehan, Asisten Manager Data Management PHI, melanjutkan dengan menjelaskan konsep AI secara umum dan penerapannya di industri hulu migas.
“Pemanfaatan AI membawa beragam manfaat, seperti memprediksi titik pengeboran berdasarkan data seismik, mengatur jadwal perawatan mesin wellhead gas compressor berbasis machine learning, dan pemanfaatan Natural Language Processing dalam kategori teks,” paparnya.
A. Indra Jaya Sukma memberikan apresiasi kepada PHI atas kontribusinya dalam FGD ini. Ia berharap paparan PHI dapat memberikan manfaat dan pembelajaran bagi implementasi AI di BPOM di masa mendatang. BPOM sendiri tengah memanfaatkan AI untuk meningkatkan pengawasan obat dan makanan.
“AI, sebagai teknologi di bidang ilmu komputer, memiliki potensi untuk memahami, belajar, dan mengambil keputusan seperti manusia. Dalam konteks BPOM, AI bisa dimanfaatkan dengan menggunakan data yang dimiliki oleh lembaga ini,” jelas Indra.
Dalam konteks revolusi industri 4.0, Indra menyoroti pentingnya teknologi seperti AI, big data, dan lainnya. Perubahan ini juga memengaruhi distribusi produk obat dan makanan secara online, meningkatkan tantangan pengawasan terhadap produk palsu dan ilegal. Hal ini sesuai dengan tren masyarakat Indonesia yang semakin banyak melakukan pembelian secara online atau melalui e-commerce. (ret/hdl)