Ruteng (pilar.id) – Dalam meningkatkan pengembangan dan potensi diri generasi muda di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Membuat sejumlah anak muda di Kota Ruteng, mendirikan komunitas yang bergerak di bidang literasi.
Komunitas tersebut bernama Rumah Baca Aksara yang sudah ada sejak April tahun 2019 dan berlokasi di desa Carep, Kabupaten Manggarai, Kota Ruteng, Flores NTT. Berdasar cerita Gheril Ngalong, selaku inisiator dan koordinator dari Rumah Baca Aksara, jika komunitas tersebut, tak hanya berkecimpung pada membaca dan menulis saja
“Disini kami juga berkegiatan terkait pengembangan potensi diri, meningkatkan daya apresiasi masyarakat, solidaritas dan lain-lain melalui gerakan literasi yang kita kembangkan,” jelas Gheril nama panggilannya.
Komunitas yang awalnya 15 orang dan kini beranggotakan sekitar 30 orang ini, berasal dari berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang beragam
“Ada yang masih anak Sekolah Menengah Pertama (SMP), guru, orang kerja kantoran, perupa seni, pemusik dan sebagainya yang memiliki keresahan, visi dan tujuan yang sama dan kami bergerak secara mandiri, tidak ditopang siapapun,” jabar pria 30 tahun ini.
Dalam kegiatannya, Rumah Baca Aksara memiliki sejumlah program. Diantaranya Sabtu Bercerita, kegiatan khusus anak-anak. Seperti mendongeng, Nonton Bareng (Nobar) lalu didiskusikan bersama, menanam pohon dan mengajarkan anak untuk membuat dalam mendaur ulang kertas.
Lebih lanjut, ada kegiatan Literasi Bergerak yang diadakan tiap akhir pekan di taman Kota Ruteng dengan menggelar lapak baca buku gratis, menyediakan buku mewarnai untuk masyakarat sekitar. Tak hanya itu, adapun kegiatan Berisik (Bercerita Asik tentang Musik) yaitu kegiatan mengapresiasi teman-teman musik dengan menyiapkan panggung dan berbagi ilmu kepada sesam pemusik
“Ada juga kegiatan duduk bersama, yaitu saling berbagi ilmu dalam diskusi, tergantung ide kawan-kawan setiap minggunya, seperti bedah buku, membahas isu-isu hangat yang terjadi atau nobar lalu didiskusikan bersama,” sebut Gheril
Meski sempat vakum selama 6 bulan saat pandemi masuk ke Indonesia pada tahun 2020. Namun Rumah Baca Aksara mencoba bangkit dengan memulai kembali kegiatannya dengan memberlakukan protokol kesehatan.
Tak hanya sebagai komunitas, namun Rumah Baca Aksara memiliki usaha mandiri dibidang percetakan sablon baju, daur ulang kertas yang dapat menjadi mata pencaharian bagi beberapa anggota komunitas ini
“Dari hasil usaha tersebut, juga untuk menyokong kebutuhan komunitas ini, dari Rumah Baca Aksara juga dapat menghidupi teman-teman kita,” ucapnya.
Kedepan, Gheril menyampaikan akan ada project baru di tahun 2022, seperti pembuatan film yang mengangkat isu kebudayaan, membuat majalah komunitas yang kertasnya dari produksi daur ulang
“Untuk teman-teman pemusik, mereka berencana akan membuat album musik di tahun 2022. Konsep tahun depan lebih pada kegiatan aksi solidaritas dan sosial,” papar pria kelahiran Ruteng, Flores NTT ini.
Adanya komunitas Rumah Baca Aksara yang telah berdiri 2 tahun lebih ini, Gheril berharap komunitas yang ia dirikan bersama-sama ini dapat berumur panjang, serta semakin banyak anak muda yang ikut terlibat dalam komunitas sosial ini
“Tetap berumur panjang, dapat melahirkan anak muda yang kreatif, mandiri dan memiliki kesadaran terhadap isu-isu sosial dan lingkungan. Serta bisa berkolaborasi dengan pihak lain, seperti sekolah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau siapapun yang memiliki tujuan dan visi yang sama dalam menebarkan kebaikan,” tutup Gheril (jel)