Omdurman, Sudan (pilar.id) – Aksi unjuk rasa terus digelar rakyat Sudan menentang kudeta militer yang terjadi pada Oktober 2021. Upaya perlawanan terus dilancarkan dari sejumlah komite aksi hingga memenuhi sudut-sudut Kota Omdurman.
Sejak unjuk rasa berlangsung hingga saat ini, korban jiwa dari kelompok penentang kudeta terus berjatuhan. Bahkan pada Senin (6/6), satu pengunjuk rasa tewas tertembak dan dinyatakan sebagai korban ke-100 oleh lembaga medis.
Pengunjuk rasa yang tewas pada Senin itu merupakan korban jiwa kedua sejak darurat militer diberlakukan pada 29 Mei dan kemungkinan besar meninggal karena terkena peluru, kata Komite Pusat Dokter Sudan.
Para pemimpin militer telah berjanji segera menggelar penyelidikan tewasnya para pengunjuk rasa tersebut.
Demonstrasi bermunculan di Omdurman pada Senin untuk memprotes kunjungan pemimpin militer Jenderal Abdel Fattah al-Burhan.
Negara itu sejak Januari tidak memiliki perdana menteri.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Uni Afrika pekan ini mengumumkan akan ada pembicaraan langsung dalam upaya mencapai kesepakatan politik.
Namun, Angkatan Kebebasan dan Perubahan –bekas koalisi sipil yang berkuasa– mengatakan melalui pernyataan bahwa mereka tidak akan berpartisipasi dalam pembicaraan tersebut.
Koalisi itu beralasan bahwa perundingan itu menyertakan kubu-kubu yang mereka katakan mendukung kudeta.
Komite-komite perlawanan, sementara itu, tidak mau berunding dengan pihak militer.
Status darurat militer yang dicabut oleh Jenderal Burhan digambarkan sebagai suatu langkah untuk membangun kepercayaan.
Tetapi satu pekan setelah itu, seorang pengunjuk rasa tertembak dan tewas. (din/beq/Antara)