Batam (pilar.id) – Indonesia, sebagai negara dengan hutan mangrove terluas di dunia mencapai 3,3 juta hektare, menghadapi tantangan serius terkait deforestasi mangrove. Meskipun mencakup lebih dari 24 persen dari total luas mangrove dunia, kondisi kritis terjadi di beberapa wilayah, termasuk Batam, Kepulauan Riau.
Di Batam, luasan mangrove berkurang hingga 50 persen dari tahun 1990 hingga 2022, menurut data Nusantara Atlas. Disampaikan dalam keterangan tertulis, Minggu (3/12/2023), Sinar Mas Land, sebagai perusahaan properti yang berkomitmen pada pembangunan berkelanjutan, menghadirkan program Hutan Mangrove untuk Restorasi Ekologi dan Oksigen Nusantara (Horizon) di Nuvasa Bay Batam dan sekitarnya.
Kegiatan ini melibatkan penanaman 250 pohon mangrove, workshop tentang restorasi ekologi, konservasi mangrove, dan tata kelola ekowisata mangrove berkelanjutan. Program ini dilaksanakan pada 30 November-1 Desember 2023 di Palm Springs Golf & Country Club dan Kelurahan Sambau, Kecamatan Nongsa, Kota Batam, Kepulauan Riau.
Dony Martadisata, Managing Director President Office Sinar Mas Land, menyatakan pentingnya merawat mangrove di Nuvasa Bay dan sekitarnya untuk mengurangi dampak abrasi dan menjaga keseimbangan ekosistem. Sinar Mas Land telah mengambil langkah-langkah konkrit, seperti pelestarian hutan bakau seluas 43 hektare di Nuvasa Bay.
Hutan mangrove tidak hanya memiliki nilai ekologis tetapi juga potensi ekonomi tinggi. Studi dari Tohoku University, Jepang, menunjukkan bahwa mangrove dengan ketebalan 200 meter dapat meredam energi tsunami hingga 50 persen dan menyerap karbon hingga 11 miliar ton karbondioksida.
Oleh karena itu, upaya pelestarian mangrove di Batam tidak hanya mendukung keseimbangan alam tetapi juga memberikan peluang ekowisata yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal.
Ardiwinata, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batam, menyoroti potensi ekowisata di kawasan mangrove.
Melalui kegiatan seperti mangrove educational tour, bird watching, dan fishing, pariwisata dapat menjadi sumber pendapatan dan pengetahuan bagi masyarakat lokal. Ip S.T., Kepala Bidang Perlindungan Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Kota Batam, menambahkan bahwa pelestarian mangrove bukan hanya tanggung jawab pemerintah tetapi juga seluruh masyarakat.
Program Horizon melibatkan berbagai pihak, termasuk Badan Pengusahaan Batam, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam, Dinas Lingkungan Hidup Kota Batam, dan kelompok sadar wisata di sekitar Nuvasa Bay. Kolaborasi ini bertujuan meningkatkan kesadaran dan sinergi untuk melestarikan ekosistem mangrove di Batam.
Nuvasa Bay, dengan luas 228 hektare dan garis pantai 1,2 kilometer, menawarkan potensi bisnis yang strategis di masa depan.
Nongsa Digital Park di dalamnya menjadi kawasan bisnis yang menjanjikan. Keberadaan Nuvasa Bay yang dekat dengan Singapura, Malaysia, dan Bandar Udara Internasional Hang Nadim, memberikan nilai tambah bagi konsep hunian bernuansa resor dengan lingkungan alam yang kaya, termasuk pantai, lapangan golf, danau, dan hutan bakau.
Program Horizon menjadi langkah nyata dalam menjaga keberlanjutan ekosistem mangrove sambil mendorong pembangunan berkelanjutan di wilayah tersebut. (riq/hdl)