Jakarta (pilar.id) – Hanna adalah film thriller aksi yang dirilis pada tahun 2011 dan disutradarai oleh Joe Wright. Film ini menceritakan kisah seorang remaja bernama Hanna Heller, diperankan oleh Saoirse Ronan, yang dibesarkan di hutan terpencil di Finlandia oleh ayahnya, Erik Heller (Eric Bana), seorang mantan agen CIA.
Erik melatih Hanna untuk menjadi pembunuh ulung, mempersiapkannya menghadapi bahaya karena Hanna memiliki misi khusus yang terhubung dengan masa lalu keluarganya.
Ketika Hanna merasa siap, dia dikirim untuk menyelesaikan misinya. Namun, upayanya membawa perhatian Marissa Wiegler (diperankan oleh Cate Blanchett), agen CIA yang dingin dan ambisius. Kejar-kejaran yang penuh aksi pun dimulai, menguji keterampilan bertahan hidup Hanna yang telah diasah sejak kecil.
Film ini diluncurkan dengan gaya thriller aksi dengan elemen drama dan misteri. Pemeran utama, Saoirse Ronan, menerima pujian kritis untuk perannya yang intens dan kuat.
Sementara musik Hanna digarap oleh duo The Chemical Brothers, yang memberikan atmosfer yang unik dan tegang.
Film ini mengeksplorasi tema identitas, kebebasan, dan kedewasaan melalui perspektif karakter utama yang tidak biasa untuk usianya.
Hanna menjadi populer karena aksi yang unik, gaya visual yang artistik, dan cerita yang menyelipkan elemen psikologis di balik misi balas dendam.
Film ini tersedia di Netflix dan Catchplay+, cocok untuk penonton yang menyukai film aksi dengan karakter yang kuat dan alur cerita penuh ketegangan.
Sosok Saoirse Ronan
Performa Saoirse Ronan di Hanna sangat memukau karena ia berhasil memadukan sisi innocence dengan karakter yang brutal dan penuh aksi.
Wajahnya yang polos dan tatapannya yang sering tampak bingung atau ingin tahu membuat karakter Hanna terlihat lebih kompleks dan menarik. Hal ini memberi kontras yang tajam dengan kemampuan bertarungnya yang brutal dan efektif.
Ronan berhasil menangkap dualitas karakter Hanna—di satu sisi dia adalah seorang remaja yang tumbuh di isolasi tanpa pengalaman sosial, tapi di sisi lain, dia telah dilatih secara intensif menjadi mesin tempur.
Keahlian Saoirse dalam menampilkan kerapuhan sekaligus ketangguhan membuat Hanna terasa jauh lebih mendalam daripada sekadar film aksi biasa. Kombinasi itu juga membuat penonton merasa lebih empati terhadap karakter Hanna dan situasinya, yang menjadikan pengalaman menonton lebih berkesan.
Kehadiran Cate Blanchett dan Eric Bana memang menambah daya tarik film ini karena keduanya adalah aktor kawakan dengan kemampuan akting yang luar biasa. Blanchett sebagai Marissa Wiegler membawa karisma dingin dan ambisius yang cocok dengan peran antagonis, sementara Bana sebagai Erik Heller menampilkan sosok ayah sekaligus mentor yang keras, tetapi sangat peduli terhadap Hanna.
Namun, cukup banyak penonton yang merasakan bahwa intensitas karakter mereka memang mulai melemah di paruh kedua film.
Ada beberapa kemungkinan mengapa hal ini terjadi. Pertama, skrip tampaknya mulai lebih fokus pada perjalanan Hanna yang independen dan pencariannya akan jati diri, sehingga karakter Marissa dan Erik menjadi lebih sekunder meskipun mereka punya peran penting.
Blanchett, yang memulai dengan kesan antagonis penuh misteri, cenderung tampil lebih kaku di paruh kedua, dan motivasinya menjadi kurang dalam sehingga karakternya terlihat agak satu dimensi.
Di sisi lain, karakter Erik juga mendapatkan sedikit ruang pengembangan setelah awal film, yang mungkin membuat peran Eric Bana terasa terbatas atau kurang emosional. Ini juga berkaitan dengan fokus sutradara Joe Wright yang tampaknya lebih condong pada aspek visual dan atmosfer, daripada pengembangan karakter pendukung.
Meski demikian, Blanchett dan Bana tetap mampu memberikan lapisan yang membuat kita penasaran dengan masa lalu mereka. Sayangnya, penulisan karakter yang kurang digarap mendalam kadang memberi kesan bahwa mereka hanya penopang bagi perjalanan pribadi Hanna, bukan tokoh dengan motivasi yang solid. (ret/hdl)