Jakarta (pilar.id) – Pasar produk teknologi dan elektronik di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan positif, meski diwarnai dinamika penjualan.
Data terkini mencatat nilai penjualan tumbuh 2 persen, meskipun jumlah unit terjual menurun 7 persen dibandingkan tahun lalu. Pertumbuhan ini didorong oleh inovasi produk dan strategi distribusi yang kian matang.
Produk-produk teknologi dengan fitur inovatif dan manfaat unggulan memikat konsumen untuk meningkatkan perangkat mereka.
Laptop gaming, smartphone premium, hingga TV dengan teknologi canggih menjadi segmen yang menjanjikan. Inovasi teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) turut mendongkrak minat beli konsumen di 2025.
Selain kota besar, pertumbuhan pasar di kota sekunder juga mencuri perhatian. Konsumen mulai kembali ke toko fisik, didorong oleh promosi menarik dan kehadiran sales promotor di retail modern. Lokasi strategis dan kenyamanan dalam berbelanja menjadi daya tarik tambahan.
Outlook Produk Utama di 2025
Laptop gaming tetap menjadi primadona, didukung oleh peningkatan teknologi dan basis pengguna yang semakin luas. Tren laptop tipis, ringan, dan berbasis AI akan terus mendominasi pasar.
Segmen smartphone dengan harga Rp 7 juta ke atas menjadi pendorong utama pertumbuhan. Namun, segmen entry-level dengan harga sekitar Rp 1,5 juta juga tetap kompetitif, berkat spesifikasi yang terus ditingkatkan.
Permintaan mesin cuci front load dan single tub dengan kapasitas besar diprediksi meningkat, seiring perubahan preferensi konsumen terhadap kenyamanan.
Untuk AC, model entry-level 0,5 PK hingga 1 PK mendominasi pasar, terutama di kalangan pengguna pertama.
Sementara pasar TV menghadapi tantangan akibat siklus pembelian yang belum pulih pasca pandemi. Namun, segmen TV layar di atas 43 inci dengan teknologi UHD, OLED, dan Mini-LED diperkirakan menjadi pendorong utama.
Dukungan GfK dan NIQ dalam Analisis Pasar
GfK dan NIQ bergabung pada 2023, menghadirkan platform analitik canggih untuk memahami perilaku pembelian konsumen. Dengan jangkauan di 95 negara yang mewakili 97 persen PDB dunia, kolaborasi ini memberikan wawasan mendalam bagi merek dan pelaku pasar di berbagai industri. (usm/hdl)