Jakarta (pilar.id) – Dalam lima tahun terakhir, Indonesia menghadapi tantangan ekonomi yang semakin kompleks, tercermin dari dua indikator utama: penurunan penjualan mobil baru dan menyusutnya jumlah kelas menengah.
Kedua fenomena ini bukan sekadar angka statistik, melainkan gambaran nyata dari melemahnya daya beli masyarakat dan meningkatnya ketidakpastian finansial.
Tren Penurunan Penjualan Mobil Baru: Refleksi Daya Beli yang Melemah
Penjualan mobil baru di Indonesia mengalami fluktuasi signifikan dalam lima tahun terakhir. Menurut data Gaikindo, pada 2019, penjualan mobil baru mencapai 1.030.126 unit.
Namun, angka ini turun drastis menjadi 532.407 unit pada 2020 akibat pandemi COVID-19. Meskipun sempat pulih menjadi 887.200 unit pada 2021 berkat insentif PPnBM, dan melonjak ke 1.048.040 unit pada 2022, penjualan kembali menurun menjadi 1.005.802 unit pada 2023 dan turun lagi ke 856.723 unit pada 2024.
Penurunan ini menunjukkan tren yang cukup signifikan, terutama jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Melemahnya daya beli masyarakat sejalan dengan menyusutnya kelas menengah di Indonesia, yang sebelumnya menjadi tulang punggung industri otomotif.
Menyusutnya Kelas Menengah: Dampak Pandemi dan Ketidakpastian Ekonomi
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan drastis. Pada 2019, kelas menengah mencapai 57,33 juta orang atau 21,45 persen dari total penduduk.
Namun, pada 2024, jumlah ini turun menjadi 47,85 juta orang atau 17,13 persen dari total penduduk. Penurunan sebanyak 9,48 juta orang dalam lima tahun ini cukup signifikan.
Kelas menengah didefinisikan sebagai kelompok dengan pengeluaran Rp 2,04 juta hingga Rp 9,90 juta per kapita per bulan. Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar, menyatakan bahwa pandemi COVID-19 menjadi penyebab utama penurunan ini. Dampak pandemi pada 2020 masih terasa hingga kini, terutama pada perekonomian.
Dampak pada Konsumsi Domestik dan Industri Otomotif
Berkurangnya jumlah kelas menengah berdampak langsung pada konsumsi domestik, yang merupakan pilar utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ketika daya beli kelas menengah melemah, permintaan terhadap berbagai barang dan jasa, termasuk mobil, juga menurun.
Menurut Gaikindo, harga mobil baru naik rata-rata 7,5 persen per tahun, sementara pertumbuhan pendapatan per kapita hanya sekitar 3 persen per tahun. Akibatnya, banyak konsumen beralih ke mobil bekas yang menawarkan harga lebih terjangkau dan transparansi kondisi kendaraan.
Strategi Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi
Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk melindungi keuangan pribadi dan keluarga:
- Membuat Anggaran yang Ketat: Prioritaskan kebutuhan pokok dan kurangi pengeluaran yang tidak perlu.
- Menabung dan Berinvestasi: Simpan sebagian pendapatan untuk dana darurat dan pilih instrumen investasi yang stabil.
- Mengembangkan Sumber Pendapatan Tambahan: Cari peluang bisnis atau pekerjaan sampingan untuk menambah pemasukan.
- Memanfaatkan Asuransi: Pastikan memiliki perlindungan asuransi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan finansial.
Pentingnya Asuransi Kendaraan di Tengah Ketidakpastian
Memiliki asuransi kendaraan adalah langkah bijak dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi. Asuransi tidak hanya melindungi aset berharga seperti kendaraan, tetapi juga memberikan rasa aman finansial.
Heru Panatas, Claim Manager Motor Vehicle Roojai, mengatakan, “Pemilik kendaraan saat ini mencari fleksibilitas, kemudahan proses, dan layanan yang responsif. Fleksibilitas ini menjadi penting agar nasabah merasa aman tanpa terbebani biaya yang tidak perlu.”
Roojai, sebagai salah satu penyedia asuransi berbasis digital, menawarkan solusi inovatif seperti survei via video call dan jaringan bengkel rekanan yang luas di seluruh Indonesia.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti fleksibilitas, kemudahan proses, dan jaringan bengkel yang luas, calon nasabah dapat menemukan produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran mereka.
Penurunan penjualan mobil baru dan menyusutnya kelas menengah di Indonesia mencerminkan tantangan ekonomi yang kompleks. Di tengah ketidakpastian, langkah-langkah seperti pengelolaan keuangan yang bijak dan perlindungan asuransi menjadi kunci untuk menjaga stabilitas finansial. (usm/hdl)