Pontianak (Pilar.id) – Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji meyakini sepanjang tahun 2023 tingkat inflasi di provinsi ini di bawah nasional. Sutarmidji menyampaikan itu saat memaparkan kondisi inflasi Kalbar kepada Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia (Mendagri), Tito Karnavian, melalui aplikasi Zoom Meeting di Data Analytics Room Kantor Gubernur Kalimantan Barat, Senin (30/1).
“Kalau dari sektor pangan, inflasi Kalbar hanya 1,42 persen dan terbilang relatif rendah. Namun, yang tinggi itu komponen-komponen yang ditentukan oleh pemerintah pusat, seperti angkutan udara, harga rokok, BBM, dan listrik, yang mencapai angka 2,83 persen,” jelas Sutarmidji.
Sutarmidji menyebutkan bahwa tingginya kebutuhan daging sapi dan daging babi menjelang hari besar keagamaan, seperti Cheng Beng (Sembahyang Kubur bagi masyarakat Tionghoa), menjadi faktor lain penyebab meningkatnya angka inflasi, khususnya di Kota Pontianak dan Kota Singkawang.
“Ada 93.000 ekor babi mati akibat Flu Babi Afrika di Tahun 2022. Kemudian, sapi yang terdampak Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) ada sekitar 1.822 ekor. Untungnya, yang tidak mati kurang dari 100 ekor,” ungkap Sutarmidji pada peserta Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah.
Sementara terjadinya bencana alam di beberapa wilayah Kalbar. Seperti banjir yang terjadi di Kapuas Hulu, Sanggau, Sintang, dan Sekadau, juga menjadi pemicu meningkatnya angka inflasi.
“Untung saja sentra produksi beras di Sambas tidak terkena banjir, sehingga bisa menjaga kenaikan harga. Namun, ada satu komoditi di Kalbar yang harus dijaga yakni minyak goreng karena ada tren kenaikan harga. Insya Allah, Tahun 2023 saya optimis inflasi Kalbar bisa di bawah angka nasional,” ujar Sutarmidji.
Sementara itu, rakor yang berlangsung selama tiga jam ini turut dihadiri beberapa Kepala Perangkat Daerah di lingkungan Pemprov Kalbar dan diikuti secara virtual oleh seluruh kepala daerah di Indonesia. (din)