Jakarta (pilar.id) – Penelitian terbaru menunjukkan bahwa stres dapat berperan dalam perkembangan demensia, meskipun bukan satu-satunya faktor penyebab kondisi tersebut. Penelitian yang didanai oleh Alzheimer’s Society meneliti apakah stres jangka panjang berperan dalam perkembangan penyakit Alzheimer.
Peneliti utama, Clive Holmes, menyatakan bahwa memahami peran sistem kekebalan dalam risiko penyakit Alzheimer sangat penting.
“Stres berkepanjangan dapat menyebabkan perubahan pada sistem kekebalan, sehingga kami ingin mengetahui apakah ini terkait dengan perkembangan demensia dari gangguan kognitif ringan,” ungkapnya.
Dalam penelitian ini, para peserta diuji kemampuan berpikirnya di awal penelitian dan dilacak apakah mereka mengalami penurunan kognitif atau mengembangkan demensia.
Hasil menunjukkan bahwa pada awal studi, orang yang mengalami masalah ingatan memiliki tingkat stres lebih tinggi dibandingkan individu sehat. Namun, tingkat stres ini tidak berhubungan langsung dengan seberapa cepat kemampuan berpikir mereka menurun atau apakah mereka akhirnya mengidap penyakit Alzheimer.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh penurunan kadar kortisol di otak seiring menurunnya kemampuan berpikir para peserta.
Beberapa peneliti fokus pada individu yang menderita PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) atau gangguan stres pasca-trauma.
Penelitian yang didanai oleh Alzheimer’s Society juga menganalisis literatur terkait hubungan antara PTSD dan demensia.
Ditemukan bahwa orang dengan PTSD memiliki risiko hingga dua kali lipat lebih tinggi menderita demensia. Meskipun demikian, peningkatan risiko ini masih belum sepenuhnya dipahami, dan penting untuk dicatat bahwa memiliki PTSD tidak berarti seseorang pasti akan mengalami demensia.
Bukti saat ini menunjukkan bahwa meskipun stres kronis dapat berperan dalam perkembangan atau kemajuan demensia, itu bukanlah penyebab pasti. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat mengungkap lebih dalam peran stres dalam risiko demensia.
Namun, stres jangka panjang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, jadi jika Anda mengalami stres, terutama yang mungkin terkait dengan PTSD, sebaiknya konsultasikan dengan dokter Anda. (hdl)
Informasi dalam artikel ini tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat medis profesional. Selalu konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.