Jakarta (pilar.id) – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatat capaian positif dalam upayanya meningkatkan indeks literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia. Melalui program Gerakan Literasi Syariah (GEULIS) yang digelar sepanjang 2024, Bank Muamalat berhasil menjangkau lebih dari 52.250 peserta dari berbagai wilayah Tanah Air. Jumlah tersebut meningkat lebih dari tiga kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
Direktur Bank Muamalat, Karno, menjelaskan bahwa program GEULIS bertujuan untuk mendongkrak indeks literasi keuangan syariah Indonesia yang masih berada di angka 39,11 persen berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK 2024. Angka ini jauh tertinggal dibandingkan literasi keuangan konvensional yang mencapai 65,43 persen.
Capaian Program GEULIS 2024
Karno memaparkan, sepanjang 2024, program GEULIS berhasil menjangkau lebih dari 670 lembaga pendidikan di 36 provinsi, meningkat signifikan dari 190 lembaga di 23 provinsi pada 2023.
Sekitar 1.800 karyawan dan 90 kantor cabang Bank Muamalat turut berpartisipasi, masing-masing meningkat lebih dari 250 persen dan 63 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Antusiasme masyarakat sangat tinggi. Dari 52.250 peserta yang bergabung, lebih dari 19 persen langsung menjalani customer on boarding di Bank Muamalat. Ini menunjukkan edukasi yang kami berikan diterima dengan baik,” ujar Karno.
Pendekatan Edukasi Interaktif
Program GEULIS mengemas edukasi keuangan syariah secara menarik dengan memanfaatkan produk multimedia dan seminar interaktif.
Materi diberikan kepada peserta dari jenjang pendidikan SD hingga perguruan tinggi, bekerja sama dengan institusi pemerintah dan organisasi nirlaba.
“Melalui pendekatan ini, kami memastikan materi keuangan syariah mudah dimengerti dan relevan dengan kebutuhan masyarakat,” tambah Karno.
Target Ekspansi 2025
Karno memastikan Bank Muamalat akan terus melanjutkan dan memperluas cakupan program GEULIS pada tahun-tahun mendatang.
Dengan target menjangkau lebih banyak masyarakat, Bank Muamalat berharap indeks literasi keuangan syariah dapat mendekati indeks keuangan konvensional.
“Semoga edukasi ini meningkatkan kepercayaan terhadap produk keuangan syariah sebagai solusi bagi seluruh umat di Indonesia,” tutup Karno. (usm/hdl)