Jakarta (pilar.id) – Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) memperingati tahun kedua sejak didirikan pada 2020 silam. Meski usianya terbilang masih muda, tetapi UICI sudah banyak diminati mahasiswa. Bahkan, mahasiswa mereka juga ada yang berasal dari luar negeri.
“Sebaran mahasiswa UICI berdasarkan wilayah, ada di 5 negara, 34 provinsi, dan lebih dari 420 kabupaten/kota di seluruh Indonesia,” kata Rektor UICI Prof Laode Masihu Kamaluddin, di Jakarta, Kamis (19/1/2023).
Prof Laode mengatakan, sistem perkuliahan di UICI berbeda dengan kampus lainnya. UICI menggunakan artificial intelligence (AI) dengan platform Artificial Intelligence Digital Simulator Teaching Learning System (AI DSTLS). Sistem ini diyakini dapat memberikan kemudahan bagi mahasiswa untuk belajar di mana saja, kapan saja, auto reply/marking, secara berulang-ulang (repeatable), lebih efisien, dan akurat.
“Model perkuliahan seperti ini memberikan peluang bagi mahasiswa untuk mendapatkan score yang lebih tinggi pada setiap mata kuliah,” kata Laode.
Ia mengungkapkan, saat ini jumlah mahasiswa UICI tercatat mencapai 1.381 orang, yang tersebar di 5 program studi. Kelima program studi tersebut, yaitu bisnis digital, komunikasi digital, informatika, sains data, dan neuropsikologi.
Laode mengatakan, sebagai universitas baru, UICI menyadari pentingnya kolaborasi dengan banyak pihak. Hingga akhir Desember 2022 tercatat ada 21 MoU dan PKS (Perjanjian Kerja sama) dengan 21 mitra kerja/instansi. Menurutnya, kerja sama ini secara tidak langsung menjadi pemicu bagi dosen-dosen UICI untuk menghasilkan riset dan karya tulis yang memadai.
“Alhamdulillah hingga tahun 2022 dosen-dosen UICI telah menghasilkan sejumlah jurnal, baik nasional dan internasional,” kata Laode. (ach/hdl)