Jakarta (pilar.id) – Memasuki kuartal terakhir tahun 2024, Bitcoin menghadapi dinamika yang menarik perhatian para investor. Setelah melonjak lebih dari 40% di awal tahun berkat peluncuran ETF Bitcoin di Amerika Serikat dan peristiwa halving yang mengurangi pasokan Bitcoin baru, kini para pelaku pasar mengalihkan fokusnya ke potensi pergerakan Bitcoin di kuartal IV 2024.
Berbeda dari siklus sebelumnya, harga Bitcoin di tahun 2024 sempat mencapai titik tertinggi sebelum halving—a fenomena yang memicu spekulasi akan terjadinya “super megacycle”. Namun, lebih dari 123 hari pasca halving, harga Bitcoin belum berhasil melewati rekor tertinggi sebelumnya, bahkan turun 13% dalam sebulan terakhir. Kondisi ini menimbulkan perdebatan di kalangan investor mengenai kemungkinan reli di kuartal IV 2024.
Fyqieh Fachrur, seorang trader dari Tokocrypto, melihat bahwa meskipun siklus pasar saat ini mungkin membutuhkan waktu lebih panjang dibandingkan siklus sebelumnya, peluang bagi Bitcoin untuk mencapai rekor baru tetap terbuka lebar. Ia optimis bahwa meski ada tantangan dalam menembus level resistensi kunci, momentum positif yang sedang terbentuk dapat membawa Bitcoin menuju nilai tertinggi dalam waktu dekat.
Menurut data dari CoinGlass, Bitcoin secara historis selalu mencatat imbal hasil positif pada kuartal IV selama tahun-tahun halving, dengan keuntungan signifikan di tahun 2016 dan 2020. “Jika kita melihat sejarah, ada kemungkinan 73% bahwa Bitcoin akan menguat di kuartal IV 2024,” jelas Fyqieh.
Namun, tantangan besar masih menanti. Data dari Cointelegraph Markets Pro dan TradingView menunjukkan bahwa harga Bitcoin tetap berada di bawah rata-rata pergerakan eksponensial (EMA) 200 hari selama tujuh hari terakhir. Hambatan ini menunjukkan bahwa likuiditas permintaan yang tinggi diperlukan untuk mendorong harga Bitcoin melewati EMA 200 hari di US$63.423 dan keluar dari konsolidasi saat ini.
Fyqieh menegaskan bahwa tekanan resistensi dari EMA 200 hari mencerminkan sikap hati-hati pasar, di mana investor menunggu konfirmasi lebih lanjut sebelum mendorong harga lebih tinggi. Menurutnya, potensi reli di kuartal IV sangat mungkin terjadi, namun akan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor makroekonomi seperti kebijakan moneter global dan sentimen investor terhadap aset digital.
Risalah Rapat Fed AS dari pertemuan bulan Juli memperkuat spekulasi akan potensi penurunan suku bunga pada September, yang dapat memicu reli di pasar keuangan, termasuk sektor kripto. “Suku bunga yang lebih rendah umumnya meningkatkan kepercayaan pasar, mendorong partisipasi investor yang lebih besar,” ujar Fyqieh.
Namun, jika Bitcoin gagal menembus resistensi kunci ini, potensi penurunan ke level US$57.500 atau bahkan US$54.500 semakin nyata. “Pasar sedang mencari arah yang jelas. Jika Bitcoin tidak berhasil menembus level resistensi penting, kita mungkin akan melihat tekanan jual yang lebih besar,” lanjutnya.
Kuartal IV 2024 diprediksi akan menjadi periode krusial bagi Bitcoin. Apakah sejarah akan terulang dengan reli kuat, atau justru penurunan lebih lanjut? Semua mata kini tertuju pada pergerakan pasar berikutnya. (hdl)