Jakarta (pilar.id) – Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto menyoroti lemahnya kinerja manajemen risiko PT Pertamina (Persero).
Dia menilai kinerja manajemen risiko Pertamina tidak disiplin dan efektif dalam mengelola risiko kilang BBM yang semakin tua. Akibatnya, kasus kebakaran kilang atau depo BBM ini secara nasional kerap berulang.
Padahal, kata Mulyanto, Komite Risiko di tingkat direksi maupun komisaris sejak lama sudah ada. Ia menyebut salah satu pimpinannya adalah Basuki Tjahya Purnama atau Ahok yang menjabat sebagai Ketua Komite Risiko Pertamina saat ini.
“Komite Risikonya kerja atau tidur ini? Mereka harusnya tampil di depan sehingga ada langkah mitigasi yang lebih masif,” kata Mulyanto, di Jakarta, Senin (20/3/2023).
Mulyanto mengatakan, seharusnya Komite Risiko memiliki peta risiko dan mengambil pelajaran dari setiap kasus kebakaran. Karena, lembaga ini mempunyai wewenang dan tanggung jawab menyusun peta risiko, memeriksa kondisi alat dan prosedur kerja demi keselamatan dan keamanan fasilitas perusahaan.
“Dengan seringnya terjadi kecelakaan di kilang atau depo BBM, maka wajar bila publik mempertanyakan kinerja Komite Risiko ini,” kata Mulyanto.
Mulyanto menambahkan, dua tahun sejak 2022 ini saja telah terjadi enam kali kecelakaan. Dengan demikian, kurang lebih empat bulan sekali terjadi kasus kebakaran kilang minyak. “Ini kan seperti minum obat ya?” ujar Mulyanto.
Mulyanto juga meminta kepada Menteri BUMN Erick Thohir untuk tidak sekadar menggenjot Pertamina meraih profit dan membayar deviden tanpa memperhatikan perawatan seluruh aset yang sudah lawas dan perlu perbaikan.
“Jangan sampai fasilitas yang sudah tua tidak dimitigasi, anggaran perawatannya tidak memadai, lalu kita menerima risiko kebakaran kilang seperti ini,” tegasnya. (ach/hdl)