Ubud (pilar.id) – Oase Kabinet Indonesia Maju, dengan dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), mengadakan acara ‘Kompos Satu Negeri’ secara hybrid bersama masyarakat di 38 provinsi. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Lingkungan Hidup (HLH) tahun 2023.
Acara ini dipimpin oleh Ibu Negara, Iriana Joko Widodo, yang dilaksanakan di Istana Tampak Siring, Ubud, Provinsi Bali (10/6/2023). Ibu Wakil Menteri LHK, Lilia A. Dohong, dan Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan B3, Rosa Vivien, turut mendampingi kegiatan Kompos Satu Negeri ini.
“Ibu-ibu yang saya sayangi di seluruh Indonesia, dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Tahun 2023, saya mengajak ibu-ibu di 38 provinsi di seluruh Indonesia untuk mengompos bersama,” kata Ibu Iriana saat memulai kegiatan Kompos Satu Negeri.
Tujuan dari kegiatan Kompos Satu Negeri ini adalah untuk mengubah pola pikir masyarakat dalam mengelola sampah, khususnya sampah organik yang berasal dari sisa makanan. Kegiatan ini juga merupakan tindak lanjut dari “compost day” yang diadakan pada tanggal 26 Februari 2023 yang diinisiasi oleh KLHK secara serentak di 38 provinsi, dengan partisipasi aktif dari Oase Kabinet Indonesia Maju.
Ibu Iriana menyampaikan bahwa kegiatan mengompos ini penting dalam upaya menyelesaikan masalah sampah organik atau sisa makanan. Penanganan sampah bukanlah hal yang mudah, oleh karena itu, membuat kompos merupakan pendekatan yang tidak mahal namun memiliki banyak manfaat.
“Metode kompos sangat mudah dan tidak membutuhkan biaya besar, namun hasilnya sangat bermanfaat bagi lingkungan. Hanya perlu mencoba dan kemauan untuk memulainya. Semoga pembuatan kompos ini dapat berkelanjutan dan dilakukan secara mandiri,” ujar Ibu Iriana.
Pembuatan kompos sangat penting karena dapat menyuburkan tanah, meningkatkan kandungan organik tanah, serta meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air melalui perbaikan tekstur dan struktur tanah.
Berdasarkan data KLHK tahun 2022, jumlah timbulan sampah di Indonesia mencapai 68,7 juta ton/tahun dengan komposisi sampah yang didominasi oleh sampah organik, terutama sampah sisa makanan sebesar 41,27%. Sekitar 38,28% dari sampah tersebut berasal dari rumah tangga. Sampah organik juga menjadi penyumbang terbesar dalam emisi gas rumah kaca jika tidak dikelola dengan baik. Data KLHK tahun 2022 juga menyebutkan bahwa sekitar 65,83% sampah di Indonesia masih diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Sampah organik sisa makanan yang dibuang ke TPA akan menghasilkan emisi gas metana (CH4) yang memiliki potensi pemanasan global yang lebih besar daripada karbon dioksida (CO2). Hal ini menegaskan bahwa pengelolaan sampah organik, khususnya sampah sisa makanan, sangat penting dan perlu mendapatkan perhatian utama. Dalam upaya mencapai target Zero Waste, saatnya kita meninggalkan pendekatan lama yang fokus pada pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah ke TPA.
Dengan prinsip kerja Zero Waste dan Zero Emission, pengelolaan sampah di Indonesia telah beralih ke arah yang lebih berkelanjutan dengan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. (hdl)