Jakarta (pilar.id) – Indonesia merupakan negara penghasil minyak nabati sawit terbesar dunia. Bahkan, lebih dari 50 persen kebutuhan minyak nabati dunia berasal dari Indonesia.
Namun, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menganggap bahwa produksi minyak sawit mentah (CPO) Indonesia belum mencapai potensi maksimalnya. Untuk itu, BPDPKS terus berupaya meningkatkan target produksi seriap periodenya.
Penentuan target ini, kemudian diikuti dengan upaya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) perkebunan sawit. Sebab, untuk bisa mencapai target produksi 60 juta ton di tahun 2030, kualitas SDM sangat penting peranannya.
Kepala Divisi Program Pelayanan, Direktorat Penyaluran Dana, BPDPKS Arfie Thahar di Jakarta, Kamis (12/5/2022), mengatakan untuk mencapai target produksi CPO 60 juta ton diperlukan keterlibatan SDM yang andal, karena produktivitas kelapa sawit rakyat masih rendah yakni sekitar 3,6 ton/tahun.
Padahal, lanjutnya, potensi produksi kelapa sawit bisa sangat tinggi, bahkan di perkebunan besar swasta dapat mencapai hingga 10 ton/hektare.
“Itu yang ingin kita perbaiki dengan cara memberikan pelatihan pengembangan SDM kelapa sawit supaya bisa meningkatkan pengetahuan ketrampilan, keprofesionalan dan kemandirian para petani,” ujar Arfie dalam keterangannya.
Arfie menuturkan untuk kegiatan pengembangan SDM kelapa sawit pada 2022 ada dua kegiatan yang difokuskan dari empat kegiatan yang ditugaskan yaitu program pendidikan dan pelatihan. BPDPKS tahun ini masih harus menyelesaikan sebanyak 2009 orang yang akan dilatih.
Program SDM kelapa sawit tahun ini dibuka Program Diploma 2 dan Program Strata 1. Untuk penyelenggara pendidikan harus memiliki program studi dan mempunyai kompetensi di bidang kelapa sawit. “Karena dari sawit untuk sawit,” kata Arfie.
Kinerja Program Pengembangan SDM kelapa sawit, lanjut dia, terus meningkat dari tahun ke tahun. BPDPKS sudah mendanai pelatihan 9.679 SDM di 21 provinsi dan pemberian beasiswa kepada 3.265 mahasiswa dari 2016 hingga 2021 dan sudah lulus sebanyak 1.750 orang diantaranya dari Program D1 di Politeknik Citra Widya Edukasi (Poltek CWE) dan Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY).
Jumlah penerima program pengembangan SDM PKS dari tahun ke tahun juga meningkat. Pada 2016 ada 330 penerima, sedangkan pada 2021 sebanyak 660 orang yang menerima bea siswa untuk jenjang D1 hingga D4. Pada 2022 Ditjenbun Kementan menargetkan 1.000 calon penerima beasiswa.
Sementara itu Analis Penyuluhan Perkebunan Sub-Koordinator Penyuluhan Dinas Perkebunan Provinsi Riau T Nuranizah Ibrahim SE menuturkan adanya pendanaan dari BPDPKS sangat membantu petani di Riau mengingat anggaran pemerintah provinsi sangat terbatas.
Peserta pelaksanaan pengembangan SDM PKS 2021, tambahnya, sangat antusias karena ilmu teknologi yang diberikan sudah sesuai perkembangan. Adapun peserta untuk beasiswa anak petani ada 192 orang dari yang mendaftar saat itu sebanyak 275 orang, sementara pada 2020 hanya 80 orang.
Pada 2022, lanjut Nuranizah, ditargetkan pengembangan SDM pelatihan petani di Riau sebanyak 425 orang. Pada 2021 pesertanya hanya 284 orang terdiri 75 dari Kabupaten Kampar, dan 211 dari Pelalawan.
“Wilayah kabupaten juga hendaknya ditambah sehingga petani lain dapat berpartisipasi,” katanya.
Direktur Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY) Sri Gunawan mengatakan program beasiswa harus diarahkan pada kelapa sawit sehingga produktivitas tetap berjalan secara kontinu. Karena tantangan di masa depan cukup besar terkait lingkungan, perubahan iklim, sehingga SDM kelapa sawit harus diarahkan kepada tantangan ke depan.
Sementara Direktur Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Yogyakarta Muhammad Mustangin sangat mendukung dan antusias terkait program beasiswa BPDPKS ini. Karena di dalam sistem supply chain management yang dimulai dari hulu, prosesing hingga hilir maka penguatan yang utama ada di hulu. (fat)