Surabaya (pilar.id) – Kita hidup di dunia tanpa sekat. Saat kita tinggal di Jakarta, dengan sekejap mata, bakal tahu apa yang terjadi di Papua. Kabar, informasi, data, mengalir deras dari ponsel dan laptop.
Lalu saat gaya hidup digital melekat erat di kehidupan sehari-hari, piranti dalam genggaman itu pun menambah ruang fungsi. Jadi ruang bersama berkolaborasi, bersosial media, belanja, menikmati layanan perbankan, dan masih banyak lagi.
“Masalah yang muncul dan kerap kita lupakan adalah, saat kita melangkah di dunia maya, saat itu pula kita berpeluang untuk menjadi korban kejahatan,” terang Cahyo Darujati, pakar teknologi informasi spesialis cyber security di Surabaya.
Celakanya, lanjut dia, banyak orang berpikir jika security adalah isu pengamanan saat kecelakaan terjadi. “Security itu proses,” tegasnya.
Proses itu, tambahnya, melekat erat saat kita mulai masuk di dunia internet. Bagaimana memilih koneksi yang aman, memilih password saat membuat email, install aplikasi dari sumber terpercaya, hingga saat melakukan transkasi perbankan dan belanja online.
“Masalahnya masyarakat kita kerap berpikir jika security adalah pemadam kebakaran. Ada kasus, baru teriak-teriak menghubungi tim cyber security,” kata Cahyo lagi.
Bisa Siapa Saja
Avast Software, perusahaan perangkat lunak Czech Republic yang didirikan pada tahun 1988 dan berkantor pusat di Praha, menulis di laman blognya, “Menjadi korban kejahatan bisa terasa memalukan, tetapi ingat, ini (mulai) sangat, sangat umum”.
Perusahaan yang mengembangkan produk-produk perangkat lunak keamanan dan privasi ini kemudian membuat ilustrasi. Bagaimana sebuah rencana yang matang tiba-tiba berubah gara-gara kebakaran, gempa bumi, hingga aksi peretasan.
“Karena, percaya atau tidak, kemungkinan besar Anda atau orang yang Anda cintai akan menjadi korban pembobolan data, serangan phishing, penipuan asmara, atau salah satu dari banyak kejahatan dunia maya lainnya yang dalam bahasa sehari-hari kita sebut peretasan,” tulis Avast,
Dikatakan pula, menurut Laporan Kejahatan Internet FBI, pada 2021, diperkirakan ada 850 ribu keluhan diajukan terkait peretasan dengan total kerugian hampir 7 miliar Dollar AS. Pada saat bersamaan, menurut catatan FBI, ada sekitar 338 ribu kasus kebakaran struktur rumah pada tahun yang sama.
Dengan catatan itu, Avast kemudian membuat rumusan baku yang perlu disematkan pada siapa saja agar probelm semacam ini tidak terjadi. Apa yang harus dilakukan?
1. Mengubah kata sandi
Sebelum dan setelah menjadi korban kejahatan dunia maya, kita harus mengubah kata sandi. Khusus untuk mereka yang merasa sudah jadi korban, segeralah merubah kata sandi layanan yang digunakan, lalu kata sandi layanan-layanan lain yang langsung terpengaruh, termasuk situs, aplikasi, atau yang lain.
2. Autentikasi dua faktor
Saat mengubah kata sandi, pastikan untuk mengaktifkan otentikasi dua faktor (TFA) jika tersedia. TFA mengharuskan kita memasukkan tidak hanya kata sandi, tetapi juga faktor autentikasi lainnya (seperti kode yang dikirimkan kepada Anda) untuk mengakses akun.
3. Jadi korban, hubungi bank!
Ketika akun mulai disusupi, kemungkinan rekening bank Anda (dan lembaga keuangan lainnya) juga sudah disusupi. Hubungi bank Anda secepatnya untuk memberi tahu apa yang terjadi, dan pastikan agar bank mewaspadai aktivitas yang mencurigakan.
4. Kontak teman dan keluarga
Seperti disebut di awal, jadi korban kejahatan kadang terasa memalukan. Tetapi ingat, ini hal yang jamak dan bisa terjadi pada siapa saja. Sehingga jalan memberi tahu teman dan keluarga tentang apa yang terjadi akan membantu mereka menyadari kemungkinan penipuan serupa. Selain itu, tentu saja, untuk berjaga-jaga agar mereka waspada saat menerima pesan aneh dari Anda.
5. Lapor pada pihak berwenang
Meski sulit mengumpulkan bukti, Anda tetap wajib lapor pada polisi. Kirim email ke [email protected], datang ke Gedung Bareskrim Polri Lt. 15, Kompleks Markas Besar Kepolisian RI Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, atau mention mereka via twitter @CCICPolri.
Walau harapan bahwa kejahatan yang menimpa akan terungkap sangat kecil, setidaknya ini jadi catatan penting bagi mereka; kejahatan dunia cyber bisa terjadi pada siapa saja, dan ini harus segera dihentikan. (hdl)