Jakarta (pilar.id) – Semakin canggihnya teknologi digital tak menghapus pesona kamera analog yang kembali digemari generasi muda. Melalui sentuhan khas dan nuansa nostalgia, fotografi analog hadir sebagai medium ekspresi artistik yang otentik dan penuh makna.
Semangat ini diwujudkan dalam perhelatan bertajuk Jakarta 1997, hasil kolaborasi antara Authenticity dan komunitas kreatif Bersoreria, yang digelar pada 25 April hingga 1 Mei 2025 di SpaCCCe Jakarta.
Mengusung tema romansa era 90-an, Jakarta 1997 bukan hanya sekadar acara pameran, tetapi juga ruang kolaborasi interaktif yang mempertemukan para pecinta fotografi analog, pelaku industri kreatif, dan komunitas seni.
Salah satu momen istimewa dari acara ini adalah peluncuran film kamera analog edisi khusus bernama Jakarta 1997, hasil kolaborasi antara Bersoreria dan CCC (Canvas Confluence Collective).
Pameran ini menampilkan berbagai karya fotografi analog yang dikurasi oleh sejumlah nama besar seperti Leandro Quintero, Raka Syahreza, Meidiana Tahir, dan Deby Sucha, serta kolaborator lainnya.
Mereka menampilkan potret kehidupan yang ditangkap dengan nuansa klasik dan emosional, menambah kekuatan visual dalam menghidupkan kembali semangat masa lalu.
Menurut Noval Atmadinata, perwakilan dari Authenticity, kamera analog menawarkan pengalaman kreatif yang unik meskipun memiliki keterbatasan teknis seperti penggunaan roll film dan waktu proses yang lebih lama.
“Justru dari keterbatasan itulah muncul nilai. Generasi muda hari ini melihat proses analog bukan sekadar alat dokumentasi, tetapi bagian dari ekspresi kreatif yang sabar dan mendalam,” ujar Noval.
Ia juga menambahkan bahwa melalui Jakarta 1997, Authenticity ingin terus mendukung ekosistem kreatif yang tumbuh dari komunitas dan subkultur.
“Kami percaya kreativitas anak muda tidak berbatas. Lewat platform seperti ini, kami ingin menanamkan nilai positif, membangkitkan semangat kolaborasi, dan menginspirasi lebih banyak inovasi di dunia kreatif,” tegasnya.
Dengan berbagai kegiatan mulai dari pameran, peluncuran produk film analog, hingga sesi interaktif lintas komunitas, Jakarta 1997 sukses menjadi perayaan nostalgia sekaligus wadah eksplorasi kreativitas yang relevan di tengah arus digitalisasi. (ret/hdl)