Surabaya (pilar.id) – Fashion adalah gaya berpakaian yang dipakai setiap hari oleh seseorang, baik itu kehidupan sehari-hari maupun acara tertentu dengan tujuan untuk menunjang penampilan. Berbeda dengan sustainable fashion yang menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan, maka fast fashion kebalikannya.
Pengertian fast fashion yang dikutip dari Her World merupakan istilah yang digunakan oleh industri tekstil dengan berbagai model fesyen yang berganti dalam waktu singkat dan menggunakan kualitas bahan baku yang buruk.
Fast fashion terjadi karena produksi jumlah yang besar dan cepat. Hasil dari produksi tersebut kemudian akan dijual dengan harga relatif murah agar dapat dijangkau oleh semua kalangan. Hal ini menjadi masalah, produksi kilat (cepat) membuat kualitas barang menurun sehingga produk tidak bertahan lama hingga akan mudah rusak.
Kini, isu fast fashion tengah ramai diperbincangkan berkaitan dengan kesadaran akan lingkungan. Sebab, meski mungkin masih banyak yang belum menyadarinya, Industri fast fashion seringkali tidak memperhatikan dampak buruk terhadap lingkungan dan mengorbankan keselamatan para pekerjanya.
Permasalahan ini menjadi isu penting, karena trend seperti ini menjadi salah satu penyebabnya polusi. Alasan tersebut dikarenakan adanya limbah (kain) yang merusak lingkungan, contohnya air, tanah dan yang lebih parah dapat menghasilkan gas emisi rumah kaca. Dimana hal ini menyebabkan perubahan iklim.
Berikut ciri-ciri dan dampak dari fast fashion.
1. Beragam model karena mengikuti trend terbaru
Murahnya baju dari hasil fast fashion membuat masyarakat cenderung lebih sering membeli. Hal ini dikarenakan modelnya yang trendy, harganya yang terjangkau dan akibat pengaruh gaya busana yang membuat pemikiran bahwa baju merupakan hal yang wajib dan penting untuk kehidupan.
2. Pergantian model dalam fashion selalu lebih singkat
Cepatnya pergantian model membuat banyak masyarakat berlomba-lomba mendapatkan model terbaru. Diperkirakan terdapat kurang lebih Lima puluh model pakaian yang dibuat dalam satu tahun untuk memenuhi kebutuhan fashio.
Hal ini sungguh ironis, Berdasarkan laporan tahun 2017 dari Ellen MacArthur Foundation, terungkap lebih dari 50 persen pakaian fast fashion dibuang satu tahun setelah diproduksi.
3. Bahan baku kurang berkualitas karena demand banyak dan cepat
Pewarna tekstil yang murah sangat berbahaya karena dapat berakibat bagi kesehatan manusia juga lingkungan. Industri ini menjadi penyebab menurunkan jumlah populasi hewan. Dikarenakan sebagian produsen memanfaatkan kulit binatang sebagai bahan baku dan tentunya akan dicampur dengan berbagai larutan bahan kimia.
Poliyester yang merupakan bahan yang paling umum digunakan saat ini mengakibatkan serat Micro yang meningkatkan jumlah plastik. Serta bahan katun yang dicampur dengan air dan pestisida dalam jumlah besar sangat dapat membahayakan para pekerja dan menigkatkan resiko kualitas tanah.
Secara garis besar, fast fashion sangat merugikan karena berdampak negatif bagi lingkungan dan ekosistem. Dan dampak lainnya adalah masyarakat yang semakin konsumtif karena ada saja produksi modern dengan tren terbaru.
Pakaian dengan bahan yang tidak ramah lingkungan berpotensi merusak planet bumi ketika pakaian tersebut sudah tidak lagi bisa dipakai dan menjadi sampah. Maka dari itu mari berhenti dengan trend fast fashion untuk menjaga lingkungan yang lebih baik lagi. (feb/hdl)