Surabaya (pilar.id) – Klompen atau bakiak, alas kaki berbahan kayu, adalah sedikit dari warisan masa lalu yang masih digunakan dan diproduksi. Di Surabaya, satu-satunya pedagang klompen yang bertahan sejak tahun 1970an itu berada di Jalan Panggung, dekat Pasar Pabean Surabaya.
“Ayah sudah membuat dan menjual klompen sejak tahun 70an,” tutur Imam, yang kini menggantikan ayahnya berjualan di Jalan Panggung, Surabaya.
Kesetiaan dan kerja keras Siran, ayah Imam, didukung oleh kemurahan hati sang pemilik rumah di Jalan Panggung. “Kami diperbolehkan berjualan di depan rumahnya sejak dahulu. Tidak harus membayar,” kata Imam yang nyaris tak pernah libur berjualan dalam seminggu.
Untuk itu, sejak pagi hingga sore cukup mudah menjumpai Imam dengan tumpukan sandal kayu di depan rumah tua sisi kanan Jalan Panggung, Surabaya.
Bahan kayu mahoni dan waru tak pernah sulit dicari. “Ada pemasok dari sekitar Jombang dan Malang,” ujar Imam. Sepasang klompen polos dijual seharga Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu.
Nani, seorang pelanggan lama yang siang itu membeli klompen mengaku sudah berlangganan sejak puluhan tahun. “Saya menggemari klompen karena lebih bebas dari kutu air dibanding sandal karet atau plastik,” akunya.
Kesetiaan memang butuh ruang adaptasi zaman. Tumpukan sandal plastik terlihat di samping deretan klompen. “Kalau sandal plastik ini titipan seseorang buat dijual,” jelas Imam, lalu membenahi tumpukan klompen. (muk/hdl)