Jember (pilar.id) – Penceramah muda bernama Hanan Attaki memang sudah jamak mendapat panggilan sebagai ustadz. Ia pun kerap kali dipercaya mengisi forum kajian keislaman dan menjadi penceramah agama.
Namun, rencana ceramahnya di Kabupaten Jember dengan tajuk Konser Langit yang diselenggarakan oleh Majelis Gaul pada 29 Juli 2022, akhrinya secara resmi telah dibatalkan. Sebabnya, Pemkab Jember tidak memberikan izin penyelenggaraan acara tersebut.
Di sisi lain, pihak penyelenggara menyatakan bahwa mereka akan tetap menggelar Tabligh Akbar tersebut dengan melakukan pemindahan lokasi. Mereka akan pindah dari Jember ke Kabupaten Situbondo.
Secara lebih spesifik, Ketua Panitia Konser Langit di Jember Ustadz Hutri, menyatakan ingin menggelar ceramah agama tersebut di Pesantren Salafiyah Safiiyah, Situbondo.
Namun, rencana tersebut pun langsung mendapat penolakan dari berbagai pihak. Termasuk dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Situbondo.
Penolakan tersebut disampaikan langsung oleh Ketua PCNU Situbondo, KH. Muhyiddin Khotib. Menurutnya Ustadz Hanan Attaki disinyalir sebagai salah satu pengurus ormas yang telah dilarang dan anti NKRI.
“Alasan kami tegas, menjaga demokrasi dengan memperketat masuknya ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. Bahkan, yang dapat mengancam keutuhan NKRI,” tegas Kyai yang juga pengajar di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah, Sukorejo, Situbondo ini.
Sebelumnya, terkait dengan pembatalan Tabligh Akbar Konser Langit di Gedung Olahraga (GOR) PKPSO Kaliwates. Pemkab Jember menyatakan alasan yang serupa dengan PCNU Situbondo.
“Menghindar dari risiko itu lebih diutamakan daripada mendatangkan kemanfaatan. Itu adalah prinsip yang telah diputuskan oleh Pemkab Jember terhadap Tabligh Akbar Konser Langit,” kata Wakil Bupati Jember M Balya Firjaun Barlaman dalam keterangan tertulis yang diterima, Jumat (22/7/2022).
Menurutnya, Pemkab Jember menolak Konser Langit dengan tidak memberikan izin kegiatan kepada Majelis Gaul yang mengundang Ustadz Hanan Attaki demi menjaga suasana kondusif, karena beberapa organisasi masyarakat (ormas) menolak kehadiran penceramah itu.
“Ada beberapa ormas yang berkirim surat kepada Pemkab Jember menolak kehadiran Ustadz Hanan Attaki, namun secara lesan banyak yang menyampaikan keberatan, bahkan mengancam akan menghentikan kegiatan itu di tengah jalan,” tuturnya.
Pemkab Jember bersama Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia, Forum Kerukunan Umat Beragama sudah melakukan audiensi dengan Panitia Tabligh Akbar Konser Langit di Kantor Pemkab Jember pada Kamis (21/7/2022) untuk menjelaskan apa saja yang menjadi pertimbangan dalam pembatalan konser tersebut.
“Kami sebagai pemerintah mengantisipasi sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, sehingga Pemkab Jember melarang kegiatan Konser Langit dengan narasumber Ustadz Hanan Attaki,” katanya.
Wabup yang biasa dipanggil Gus Firjaun itu menjelaskan bahwa Pemkab Jember tidak melarang adanya majelis dan pengajiannya, namun narasumber yang dihadirkan dalam Konser Langit tersebut, karena masyarakat melihat rekam jejaknya sebagai mantan aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan lainnya.
“Pihak panitia telah berbesar hati menggagalkan Konser Langit di Jember. Untuk pelaksanaannya secara umum dipersilakan, asalkan digelar di luar Jember,” ujarnya.
Ia menjelaskan acara keagamaan yang diisi dengan salawat atau ceramah tidak masalah dilangsungkan di Jember, namun jika ada penceramah yang tidak sesuai dengan “warna” yang ada di Jember dan berpotensi menimbulkan konflik, penolakan tidak dapat dihindarkan.
Sementara itu, Ketua Panitia Konser Langit di Jember Ustadz Hutri mengatakan batalnya konser tersebut karena ada keberatan dari komponen masyarakat, sehingga pihaknya menilai bahwa hal tersebut adalah ujian kesabaran dan tidak akan marah, benci, dendam dan lainnya.
“Acara tetap dilanjutkan, tapi tidak digelar di Jember, sehingga akan dilakukan penyesuaian untuk lokasi dan waktunya, karena jumlah peserta yang mendaftar untuk hadir di Konser Langit mencapai 14 ribu orang,” katanya.
Ia menjelaskan majelis gaul merupakan komunitas dari berbagai golongan yang majemuk berasal dari kaum milenial, sehingga mungkin ada pihak-pihak yang dikaitkan dengan stigma HTI.
“Sejak awal memang namanya majelis gaul dan santai, karena prinsip dalam majelis tersebut harga mati adalah cinta dan ketulusan,” ujarnya.
Menanggapi informasi yang beredar tentang Ustadz Hanan Attaki yang disinyalir sebagai eks anggota HTI, dalam klarifikasinya, Hanan Attaki sempat menyikapi penolakan yang sempat terjadi di Gresik dan menyatakan bahwa dirinya bukanlah eks HTI dan itu hanya sebuah fitnah. (fat)