Surabaya (pilar.id) — Kementerian Agama Republik Indonesia tengah menggulirkan wacana meliburkan sekolah selama bulan Ramadan. Kebijakan ini bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai spiritual, meningkatkan peran orang tua dalam pendidikan, dan memperdalam pemahaman siswa mengenai esensi bulan suci Ramadan.
Guru Besar Sosiologi Pendidikan Universitas Airlangga (UNAIR), Prof. Dr. Tuti Budirahayu, Dra., M.Si., menyambut positif rencana ini. Ia menilai kebijakan tersebut dapat memberikan dampak signifikan pada penguatan karakter siswa.
“Anak-anak dapat beribadah dengan lebih tenang, baik di rumah maupun di masjid. Hal ini menjadi pengalaman berharga, terutama dalam memperkuat aspek spiritual mereka. Selain itu, ikatan keluarga juga dapat terjalin lebih erat selama Ramadan,” tutur Prof. Tuti.
Manfaat dan Tantangan Kebijakan
Meski membawa manfaat, kebijakan ini juga menghadirkan tantangan, terutama dalam hal akademik. Prof. Tuti menilai libur panjang selama Ramadan berpotensi menghambat pencapaian target kurikulum yang telah dirancang.
Sebagai solusi, ia menyarankan penyesuaian melalui penambahan jam belajar sebelum atau setelah Ramadan. Alternatif lainnya adalah menerapkan sistem penugasan mandiri yang fleksibel sehingga siswa tetap dapat belajar tanpa mengganggu waktu ibadah.
“Kegiatan belajar dapat dialihkan ke bentuk tugas rumah dengan jadwal yang lebih fleksibel. Hal ini memungkinkan siswa tetap belajar sekaligus menjalankan ibadah dengan nyaman,” imbuhnya.
Strategi untuk Optimalisasi Kebijakan
Kebijakan ini juga menuntut pengelolaan khusus bagi sekolah berbasis non-agama dan siswa non-Muslim. Prof. Tuti menyarankan penerapan pembelajaran daring sebagai solusi, namun dengan beban belajar yang tidak memberatkan siswa.
“Sekolah berbasis non-agama bisa menyesuaikan jadwal belajar mereka atau mengelola sendiri waktu libur Ramadan. Model pembelajaran daring juga relevan jika dirancang untuk mendukung siswa beribadah,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara guru dan orang tua dalam menjaga ritme belajar siswa selama libur Ramadan. Hal ini dapat memastikan siswa tetap fokus dan tidak mengalami penurunan performa akademik pasca-liburan.
“Pengalaman pembelajaran daring selama pandemi Covid-19 dapat menjadi referensi. Sistem pembelajaran jarak jauh bisa diterapkan secara efektif dengan pemantauan yang baik,” pungkasnya. (usm/hdl)