Surabaya (pilar.id) – Program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) yang diselenggarakan oleh pemerintah memberikan peluang emas bagi mahasiswa untuk menghabiskan satu semester belajar di luar negeri. Menjadi peserta IISMA adalah prestasi yang membanggakan. Hal ini juga berlaku untuk Aya Hariri, seorang mahasiswa dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair).
Melalui IISMA, Aya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program pertukaran di University of Szeged, Hungaria. Ia telah memulai perkuliahan pada awal September dan akan berlangsung hingga Januari mendatang.
Aya menjelaskan bahwa alasan pemilihannya jatuh pada Hungaria karena minatnya terhadap gaya hidup modern yang diiringi dengan pelestarian bangunan bersejarah. Selain itu, kampus tujuannya memberikan fleksibilitas kepada mahasiswa untuk mengambil mata kuliah lintas disiplin ilmu dari universitas asal mereka.
Menurut Aya, sistem pembelajaran di universitas tuan rumah tidak terlalu berbeda dengan yang ia temui di Unair. Namun, ada perbedaan menarik, yaitu beberapa mata kuliah yang tidak mengharuskan mahasiswa mengikuti ujian final jika mereka telah memenuhi standar minimum dalam ujian kuis.
Aya juga mengungkapkan bahwa salah satu mata kuliah yang ia ambil melibatkan kegiatan pembelajaran di luar kelas. Ia memiliki kesempatan untuk mempelajari sejarah Kota Szeged dan Hungaria dengan mengunjungi lokasi historis dan museum yang menyimpan sejarahnya.
“Banyak bangunan bersejarah yang terletak di kota ini. Kami bisa mencapai lokasi tersebut dengan berjalan kaki selama sekitar 15 menit. Saya sangat bersemangat untuk memulai kelas ini,” ungkap Aya, mahasiswa asal Unair dengan penuh semangat.
Sebagai penerima IISMA, Aya juga dihadapkan pada tantangan untuk menulis artikel secara individu dan meluncurkan kampanye sosial seputar Sustainable Development Goals (SDGs). Lebih jauh lagi, Aya memiliki kesempatan untuk menjadi duta dalam mempromosikan budaya Indonesia di Hungaria.
“Kami diajak untuk mengatur dua acara yang akan digelar secara offline pada bulan Oktober mendatang. Salah satunya berkaitan dengan pahlawan Indonesia dan yang lainnya tentang batik. Rencananya masih dalam tahap pengembangan. Kami berharap acara kami sukses!” ujar Aya dengan harapan yang tinggi.
Meskipun mengikuti program ini, Aya tidak mengalami budaya shock karena sebelumnya ia telah mempelajari gaya hidup masyarakat Hungaria. Ia dapat menjalani kehidupannya seperti biasa tanpa perlu beradaptasi secara ekstensif.
Aya juga mencatat beberapa hal menarik selama tinggal di Hungaria, seperti melihat orang tua berjalan kaki sendirian dan lansia mengemudikan bus. Melalui pengalaman ini, Aya merenung tentang bagaimana Indonesia dapat merancang infrastruktur yang lebih inklusif, mempertimbangkan berbagai kebutuhan demografi dan kondisi iklim.
“Saya sempat berpikir tentang bagaimana infrastruktur di Indonesia dapat dirancang agar nyaman untuk orang yang berjalan jauh dalam cuaca panas dan lembap. Terutama untuk memungkinkan orang tua berjalan dengan nyaman,” kata Aya.
“Sayangnya, latar belakang saya bukan di bidang ini, jadi saya hanya bisa bermimpi. Namun, saya suka menggunakan transportasi umum di Indonesia. Jadi, saya berharap ada perkembangan yang lebih baik dalam transportasi umum di Indonesia. Semoga ketika kita tua, kita dapat bepergian dengan mudah,” tambahnya mengenai harapannya terhadap pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Bagi Aya, program IISMA merupakan peluang untuk menghadapi situasi baru. Ini mencakup pengembangan kemampuan adaptasi, pengembangan pengetahuan interdisiplin, keterampilan komunikasi, serta kemampuan untuk bekerja sama dengan individu yang berasal dari beragam budaya.
“Kemampuan untuk menghadapi hal baru dan memiliki orientasi pada komunitas sangat penting karena ini akan mendukung karier kita, terutama ketika kita berinteraksi dengan masyarakat yang beragam,” tutur mahasiswa FIB Unair tersebut.
Aya berharap dapat terus memanfaatkan peluang yang diberikan oleh program ini dan menerapkannya dalam skala yang lebih luas untuk membantu orang lain. Ia berencana untuk berbicara kepada lebih banyak orang dan mendorong mereka untuk belajar hal-hal di luar bidang keahlian mereka.
“Ada banyak hal menarik di luar sana yang tidak termasuk dalam bidang saya, dan saya ingin berbagi pengetahuan yang saya peroleh dan mungkin menginspirasi teman-teman saya untuk belajar hal baru,” ungkapnya dengan semangat pada akhir wawancara. (usm/ted)