Surabaya (pilar.id) – Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (UNAIR), Reihan Ananta Noor Baihaqi dan Rivia Ghina Rahmi, berhasil meraih Juara I dalam Lomba Esai Ilmiah Populer World AIDS Day (WAD) 2024.
Kompetisi yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ini mengumumkan hasilnya pada Senin, 30 Desember 2024.
Lomba tersebut mengusung tema “Epitychia: Health Improvement Strategies of HIV/AIDS to Actualize Golden Indonesia 2045”, dengan fokus pada strategi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif terhadap HIV/AIDS.
Dalam ajang ini, Reihan dan Rivia menghadirkan inovasi unik berupa kemasan cerdas obat antiretroviral (ARV) yang terintegrasi dengan aplikasi digital.
Inovasi BLINKA, Solusi Kreatif
Reihan menjelaskan bahwa gagasan mereka, yang diberi nama Blister Intelligent Keeper and Assistant (BLINKA), bertujuan mengatasi berbagai tantangan utama dalam pengobatan HIV/AIDS.
Tantangan tersebut meliputi rendahnya kepatuhan pasien, minimnya pemahaman terapi, dan masalah kesehatan mental.
“BLINKA dirancang sebagai kemasan cerdas yang terintegrasi aplikasi, menawarkan fitur seperti monitoring terapi, edukasi berbasis augmented reality, konseling, berita terkini, dan kata-kata motivasi (words of affirmation),” ungkap Reihan.
Inovasi ini disiapkan hanya dalam waktu tujuh hari, dengan fokus pada identifikasi masalah utama pengobatan pasien HIV di Indonesia. Untuk tahap pengembangan selanjutnya, teknologi sensor dan integrasi aplikasi akan diperkuat guna memastikan efisiensi dan kemudahan penggunaannya.
Teknologi untuk Aksi Nyata
Reihan mengungkapkan bahwa motivasi utama mengikuti lomba ini adalah keinginan untuk memberikan dampak nyata bagi penanganan HIV/AIDS di Indonesia.
Ia berharap solusi berbasis teknologi seperti sensor dosis, pengingat notifikasi, dan pelacak konsumsi obat dapat memberikan manfaat besar bagi penderita.
Namun, tidak mudah bagi mereka untuk merancang inovasi ini. Tantangan utama yang dihadapi tim adalah mengkaji aspek sosial, psikologis, dan stigma yang melekat pada penderita HIV/AIDS.
“Semoga inovasi kami dapat menginspirasi lebih banyak mahasiswa UNAIR untuk terus berkarya, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Kami berharap UNAIR semakin berkontribusi untuk masyarakat dan menjadi bagian dari kemajuan bangsa,” tutupnya. (usm/hdl)