Jakarta (pilar.id) – Lelaki ini lahir dengan nama Malcolm Little. Seiring waktu, ia kemudian dikenal dengan nama El-Hajj Malik El-Shabazz, tokoh Muslim Afrika-Amerika sekaligus aktivis hak asasi manusia.
Perjalanan hidupnya yang suram dimulai saat ayahnya tewas dibunuh pendukung supremasi kulit putih. Melihat kenyataan ini saat masih anak-anak, pertanyaan-pertanyaan itu pun bermunculan di benaknya.
Lalu salah satu pamannya tewas, disusul ibunya yang kemudian dikirim di rumah sakit jiwa. Malcolm yang saat itu masih berusia 13 tahun itu pun terpaksa hidup di panti asuhan.
Perjalanan suram itu terus berlanjut. Saat usianya 20 tahun, gara-gara membobol sejumlah gedung dan mencuri, ia pun diseret ke balik jeruji besi.
Sempat aktif menjadi anggota Nation of Islam, setelah pembebasan bersyarat, ia menjadi salah satu pemimpin organisasi ini. Setelah melewati perjalanan panjang, 21 Februari 1965, dia dibunuh.
Jalan pedang Malcolm X, kemudian menemukan ruang baru di sinema dunia. Ia menjadi lakon yang sengaja dibangun, dihidupkan, untuk kemudian kembali bercerita.
Undang Pujian Mendulang Dollar
Tahun 1992, film Malcolm X diluncurkan. Film ini disutradarai oleh Spike Lee, dibintangi oleh aktor watak Denzel Washington. Film ini berkisah tentang kehidupan Malcolm X, dari kecil hingga menjadi tokoh pergerakan hak sipil yang terkenal di Amerika Serikat.
Berperan sebagai Malcolm X, Denzel Washington mengundang banyak pujian. Namanya pun sempat disebut masuk nominasi best actor lewat perannya di Malcolm X.
Meski gagal meraih Oscar, dalam 20/20 Awards 2013, ia berhasil menyabet gelar aktor terbaik bersama Ernest R. Dickerson (Best Cinematography), dan Ruth E. Carter (Best Costume Design).
Denzel Washington juga melenggang di Awards Circuit Community Awards 1992 sebagai aktor terbaik. Dengan predikat yang sama ia juga disebut di Berlin International Film Festival 1993, Boston Society of Film Critics Awards 1992, dan masih banyak lagi.
Mengutip imdb.com, awal penayangannya di Amerika dan Kanda langsung meraup lebih dari 9,8 juta Dollar AS. Dan hingga kini, film ini berhasil meraup pendapatan kotor sebesar 48,2 juta Dollar AS di seluruh dunia.
Selain bermodal cerita yang kuat dan inspiratif, kemudian dukungan aktor utama yang brilian, Denzel Washington, film Malcolm X terasa memikat gara-gara sentuhan tangan dingin sang sutradara, Spike Lee.
Seperti diketahui, selama ini ia dikenal sebagai salah satu sutradara terbaik di Hollywood. Cerita di balik film ini, ia bahkan sempat bekerja keras untuk mengatasi masalah keuangan yang serius. Di luar itu, Malcolm X memiliki pesan yang relevan.
Data Baru yang Memicu Kontroversi
Selain Malcolm X garapan Spike Lee, beberapa film bertema sama yang muncul ke permukaan adalah Malcolm X: Make It Plain (1994). Film dokumenter ini disutradarai Orlando Bagwell dan diproduksi oleh PBS.
Lalu Brother Minister: The Assassination of Malcolm X (1994), film garapan Jack Baxter dan produksi HBO. Film ini lebih fokus pada pembunuhan Malcolm X pada tahun 1965, dan penyelidikan tentang siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.
Judul lain, Malcolm X: An Overwhelming Influence on the Black Power Movement (2017), film dokumenter dengan sutradara Thomas Muhammad, dan judul lain yang tak kalah menarik adalah Who Killed Malcolm X? (2020).
Judul terakhir dikenal sebagai serial dokumenter produksi Netflix, yang ceritanya fokus pada investigasi baru tentang pembunuhan Malcolm X.
Serial ini mendapat tanggapan yang cukup serius dari masyarakat dunia. Fakta-fakta baru tentang pembunuhan Malcolm X, mendulang pertanyaan bahkan kritik yang tajam. Khususnya keberadaan Abdur-Rahman Muhammad, yang disodorkan sebagai tokoh sentral dalam perjuangan hak sipil dan gerakan Black Power di Amerika Serikat. (hdl)