Jakarta (pilar.id) – Sebanyak 60 persen pemilih dalam Pemilu 2024 diprediksi adalah generasi muda. Hal itu membuat media sosial (medsos) akan memiliki peran besar dalam proses kampanye selama dua tahun ke depan.
Pada Pemilu 2019 lalu, tercatat pemilih berusia 20 tahun mencapai 17.501.278 orang, sedangkan yang berusia 21-30 tahun sebanyak 42.843.792 orang. Berkaca pada Pemilu 2019 tersebut, pemilih pemula atau generasi muda memang menjadi rebutan suara.
“Medsos akan mengambil peranan sangat besar dalam proses komunikasi politik antara partai dengan konstituennya pada Pemilu 2024 nanti,” kata Pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI), Ade Reza Hariyadi, Sabtu (27/8/2022).
Apalagi, kata Ade, jumlah pengguna media sosial di Tanah Air cukup besar. Menurut DataReportal terdapat 191,4 juta pengguna media sosial di Indonesia pada Januari 2022 yang setara dengan 68,9 persen dari total populasi.
Kata Ade, jangkauan dunia digital tidak terbatas oleh wilayah maka kampanye bisa dilakukan ke seluruh daerah di Indonesia.
“Generasi milenial dan generasi Z akrab dengan gadget serta medsos. Maka saya kira ini akan berpengaruh sangat besar untuk kepentingan menentukan opini atau mempersuasi suara pemilih,” kata dia.
Ade menambahkan, kampanye lewat media sosial juga menguntungkan partai politik atau para calon presiden dan calon legislatif karena bisa menghemat waktu dan biaya kampanye yang hanya diberikan 75 hari oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
“Sisi positifnya juga media sosial ini bisa jadi sarana pendidikan politik dan transformasi nilai-nilai kampanye kepada masyarakat,” imbuh Ade.
Kendati demikian, kampanye lewat media sosial juga perlu dilakukan dengan berhati-hati karena ada sejumlah sisi negatif. Misalnya dapat memicu kampanye hitam, hoaks atau politik identitas yang bisa memecah belah bangsa.
Ia mengusulkan, ke depannya KPU dan Bawaslu mesti mengeluarkan regulasi yang lebih rinci. Agar memastikan pengawasan dunia digital dan lalu lintas informasi selama masa kampenye tidak menimbulkan dampak negatif.
“Ini harus jadi concern ke depannya. Selain itu, pemilih dan politisi juga harus hati-hati menggunakan medsos dengan bijak, khususnya pada masa kampanye,” katanya. (her/fat)