Jakarta (pilar.id) – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sangat sehat hingga akhir tahun 2022. Bahkan, pemerintah sempat melakukan revisi penerimaan negara dari Rp1.846 triliun menjadi Rp2.266 triliun.
“Dan realisasi yang bisa kita kumpulkan adalah Rp2.626 triliun, realisasi sementaranya,” katanya, di Jakarta, Selasa (3/1/2023).
Dengan demikian, realisasi penerimaan negara mencapai 115,9 persen dari target yang tertuang dalam Perpres 98/2022. Adapun pertumbuhan pendapatan negara sebesar 30,6 persen, sejalan dengan pemulihan yang semakin kuat dan dorongan tingginya harga komoditas.
Komposisi penerimaan negara sebagian besar disumbang dari pajak yang sejak awal ditargetkan sebesar Rp1.265 triliun, realisasinya mencapai Rp1.716,8 triliun. Sri Mulyani menyampaikan, pertumbuhan pajak mencapai 34,3 persen dibandingkan penerimaan pajak tahun 2021 sebesar Rp1.278 triliun.
“Itupun (2021) sudah tumbuh 19,3 persen. Tahun ini tumbuh lebih tinggi lagi di 34,3 persen. Jadi ini dua tahun kinerja di atas target,” kata Sri Mulyani.
Sementara itu, untuk kepabean awalnya ditargetkan sebesar Rp245 triliun, kemudian direvisi menjadi Rp299 triliun. Menariknya, bea dan cukai berhasil melampaui target dengan realisasi sebesar Rp317,8 triliun. “Ini 106,3 persen dari Perpres 98/2022 atau tumbuh 18 persen dari realisasi tahun lalu Rp269 triliun,” kata Sri Mulyani.
Selanjutnya, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang sejak awal ditargetkan hanya Rp335,6 triliun, kemudian direvisi menjadi Rp481,6 triliun. Sri Mulyani menyampaikan, realisasi PNBP mencapai Rp588,3 triliun atau naik 28,3 persen dari tahun lalu, sebesar Rp458,5 triliun.
“Jadi kinerja penerimaan negara, pajak, bea cukai, dan PNBP sungguh luar biasa dua tahun berturut-turut. Pada saat ekonomi pulih, kita juga memulihkan seluruh penerimaan negara. Ini kita gunakan untuk melindungi rakyat dan ekonomi,” kata Sri Mulyani. (ach/din)