Jakarta (pilar.id) – Founder of Kurikulum Saham, Alex Sukandar mengatakan, secara umum Index Saham Syariah Indonesia (ISSI) mengalami uptrend dalam sebulan terakhir.
Tren kenaikan Index Saham Syariah Indonesia ini terus menanjak dengan support pada level 199,5 dan resistance level 224.
Kinerja Saham Syariah Indonesia ini, menurut Alex menunjukkan bahwa saham-saham syariah mampu menahan tekanan pasar global yang kurang baik.
“Kemungkinan dikarenakan persentase hutang saham-saham syariah sangat terbatas sekali, sehingga tidak terlalu berdampak pada kenaikan suku bunga,” kata Alex, di Jakarta, Senin (27/3/2023).
Alex mengatakan, salah satu emiten bank syariah yang menarik untuk dicermati, yaitu PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). Hal ini tak terlepas dari laporan kinerja perusahaan yang melaju signifikan sepanjang 2022.
Karena itu, bank berkode saham BRIS ini diproyeksikan cerah oleh sejumlah analis pasar modal. Bahkan, BRIS diperkirakan bullish dalam jangka pendek, dan cocok untuk dikoleksi secara jangka panjang.
Sebagai catatan, sepanjang pekan lalu kinerja saham BRIS menguat 5,92 persen menjadi Rp1.610. Bila dibandingkan dengan tiga bulan terakhir, saham BRIS ditutup menguat sekitar 32,51 persen pada perdagangan Jumat (24/3/2023).
Alex menjabarkan secara analisa teknikal menggunakan periode waktu weekly chart, terlihat adanya perubahan struktur pasar BRIS yang berpotensi mengganti tren dari bearish menjadi bullish.
Hal ini diperkuat pula dengan adanya aliran dana sebesar Rp315 miliar sepanjang dua bulan terakhir pada saham BRIS.
“Level support krusial berada di Rp1.095, sementara itu level resistance terdekat di Rp1.670,” katanya.
Sebagaimana diketahui, saham BRIS sempat terkoreksi ke level Rp1.200 pada akhir 2022. Padahal saham emiten bank syariah ini berada pada harga Rp1.700 per 3 Januari 2022.
Saham BRIS tercatat mulai menguat kembali pada medio Februari 2023. Sejak awal Februari hingga 24 Maret 2023, harga saham bergerak pada rentang Rp1.350–Rp1.715.
Terpisah, Head of Research Team II Mirae Asset Handiman Soetoyo menilai saham BRIS prospektif untuk dikoleksi dalam jangka panjang. Pasalnya, menurut dia kinerja bank akan tumbuh secara berkelanjutan.
Handiman memperkirakan pada tahun ini, BSI akan kembali mencetak pertumbuhan pembiayaan hingga dua digit.
“Perkiraan tumbuh double digit sekitar 10 persen sampai 15 persen,” katanya.
Dia menambahkan, pada tahun ini saham BRIS akan menguat seiring dengan kabar PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang akan melepas kepemilikan saham BRIS secara perlahan.
Sebagamana diketahui, kepemilikan saham BRI di BSI mulai turun dari 17,25 persen menjadi 15,38 persen dan BNI menyusut dari 24,85 persen menjadi 23,24 persen.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk selaku pemegang saham pengendali melaksanakan seluruh haknya. Dengan demikian kepemilikan Bank Mandiri di BSI naik dari 50,83 persen menjadi 51,47 persen. (ach/fat)