Jakarta (pilar.id) – Universitas Diponegoro, Universitas Paramadina, KITLV Leiden, INDEF, dan LP3ES meluncurkan Sekolah Demokrasi (SEKDEM) dan INDEF School of Political Economy (ISPE) dalam sebuah acara hybrid yang diadakan di University of Amsterdam dan melalui Zoom.
Acara ini juga menjadi momen peluncuran forum JUARA dengan tema Tantangan Ekonomi Politik Pemerintahan Baru: Menyambut Kabinet Prabowo – Gibran.
Wijayanto, Kepala Sekolah Demokrasi LP3ES dan Wakil Rektor Bidang Riset Universitas Diponegoro, menekankan pentingnya acara ini sebagai respons terhadap kemunduran demokrasi di Indonesia. “Sekolah Demokrasi ini adalah langkah awal untuk mencetak kader pembaharuan yang dapat memajukan Indonesia di tengah tantangan global dan ancaman disinformasi,” ujarnya.
Wijayanto juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap disinformasi yang memengaruhi pola pikir masyarakat dan menyebabkan polarisasi sosial. Dalam konteks ini, forum JUARA diinisiasi sebagai wadah untuk jurnalis dan akademisi dalam menghadapi tantangan tersebut.
Menurutnya, kaderisasi pemimpin muda melalui Sekolah Demokrasi sangat relevan untuk memproduksi pemimpin yang memahami dan membela nilai-nilai demokrasi. Ini penting untuk mengatasi berbagai masalah kompleks seperti perubahan iklim, krisis ekonomi, penyalahgunaan AI, dan konflik global.
Prof. Ward Berenschot dari KITLV Leiden menyatakan bahwa forum ini penting untuk pertukaran ide yang sehat dan konstruktif. “Forum JUARA menjadi jembatan antara peneliti dan jurnalis untuk diskusi publik yang lebih kritis,” kata Berenschot.
Prof. Didik J. Rachbini, Pendiri INDEF, menegaskan pentingnya inovasi dalam menjaga demokrasi. “Praktik politik uang harus diatasi dengan riset yang mendalam dan jurnalisme yang kritis untuk memastikan demokrasi berjalan dengan baik,” jelasnya.
Abdul Hamid, Ketua Dewan Pengurus LP3ES, menyoroti tantangan pemerintahan baru yang memerlukan perhatian serius. “Forum ini diharapkan mampu menyongsong pemerintahan baru dengan solusi konkret untuk mengatasi polarisasi dan ketidakadilan sosial,” ujarnya.
Rektor Universitas Diponegoro, Prof. Suharnomo, secara resmi membuka forum JUARA, berharap agar forum ini dapat menyuarakan isu-isu masyarakat dari perspektif akademis dan meningkatkan efektivitas publikasi. “Kami ingin forum JUARA menjadi tempat bagi akademisi dan jurnalis untuk berkolaborasi dan mengatasi masalah masyarakat,” kata Suharnomo.
Forum JUARA dibentuk sebagai respons terhadap tiga isu utama: penyebaran disinformasi, kualitas konten publik yang rendah, dan literasi membaca yang masih rendah di Indonesia. Menurut studi PISA 2023, Indonesia berada di peringkat 70 dari 80 negara dalam hal literasi membaca.
Kolaborasi antara jurnalis dan akademisi diharapkan dapat menghadirkan kebenaran di ruang publik dan meningkatkan literasi masyarakat. Kode etik jurnalisme yang ketat dan prosedur verifikasi informasi diharapkan menjadi pedoman dalam upaya ini.
Dengan pembentukan forum JUARA, diharapkan Indonesia dapat menghadapi tantangan demokrasi dan membangun masa depan yang lebih baik. (hen/hdl)