Surabaya(pilar.id)– Berangkat dari ketertarikan seorang pemuda dalam mengenakan kain sebagai pakaian sehari-hari membuat Gerak Samudra ingin menularkan kesukannya tersebut ke teman-temannya. Hingga bedirilah berdirilah sebuah komunitas bernama Pemuda Berkain Surabaya di tahun 2021.
Berdasar ceritanya melalui telefon genggam kepada pilar.id ini, awalnya ia sudah memiliki ketertarikan dengan semua hal yang berbau etnik sejak masa kecil, salah satunya kain. Keinginannya memakai kain di kalangan umum sudah lama dibenaknya. Namun ia terus mengurungkan niatnya, karena takut akan terlihat aneh oleh orang-orang
“Hingga di tahun 2018 aku lihat Instagramnya seorang actor Indonesia yang memakai kain sebagai bawahannya dengan kaos simpel serta sepatu kets, gaya itu menurutku keren banget, dari postingan itu, aku tergerak lagi ingin pakai kain,” kenang Gee nama panggilannya ini.
Atas postingan tersebut Gee berfikir jika pakaian tersebut cocok jika di gunakan sebagai daily outfit. Akhirnya di tahun 2019 awal di bulan Januari, ia menerima kesempatan untuk mengikuti konferensi Model United Nation (MUN) yang merupakan simulasi sidang PBB di Kuala Lumpur, Malaysa. Saat di Cullture Night yang merupakan bagian dari serangkaian acara tersebut, Gee memakai bawahan kain untuk pertama kalinya.
“Moment itu saya pikir adalah kesempatanku, karena aku ingin pakai kain tetapi belum percaya diri pakai di negara sendiri, akhirnya itu menjadi moment pertama ku pakai kain. Karena itu di luar, bukan di Indonesia. Entah mengapa kalau pakai di Indonesia akan terlihat aneh oleh masyarakat Indonesia sendiri, padahal kain tersebut dari Indonesia sendiri,” ucapnya.
Saat itu, Gee menjelaskan dirinya memakai kain bermotif parang yang dibentuk seperti celana, memakai sepatu boots, baju kaos, dengan tambahan cardigan. Selama memakai gaya busana tersebut, Gee menerima respon positif, serta banyak yang mengapresiasi dan bertanya asal kain tersebut. Meski begitu, saat kembali di ndonesia dirinya masih belum percaya diri memakai kain.
Setahun lebih berlalu, ia bercerita sekitar akhir 2020 muncul beberapa video viral di Tiktok yang memakai kain, dari video tersebut ia berfikir ternyata banyak anak muda yang berfikir sama sepertinya gemar memakai kain.
“ Di 2020 akhir aku langsung pakai kain, pertama kalinya aku mengajak sahabatku untuk pakai kain juga. Kesan pertamanya, pasti dilihatin orang, tetapi aku cuek saja, lalu aku upload di Instagram, hari-hari selanjutnya aku seperti itu lagi,” terangnya.
Hingga di awal 2021, Gee tergerak membuat akun Instagram bernama Pemuda Berkain Surabaya, pemberian nama tersebut dirasa sederhana agar pengguna sosial media tak sulit mencari nama komunitas tersebut. Bergerak secara organik tanpa pengurus dan mulai dikenal dari mulut, ke mulut. Membuat komunitas Pemuda Berkain Surabaya ini menjadi platform anak muda dalam mengenal kain, baik gaya berbusana maupun ilmu mengenai motif kain dan sebagainya.
“Dari Instagram, lalu aku bikin grup Whatsapp (WA), yang sekarang sudah ada sekitar 130 anggota, dari dari grup WA itulah kita bisa mengobrol banyak hal. Mulai dari agenda, sharing2 soal kain, motif dan sebagainya,” papar pemuda kelahiran Surabaya ini.
Setahun lebih berjalan, kini Pemuda Berkain Surabaya sudah memiliki pengurus inti, serta telah mengadakan beberapa acara, seperti Disko Bergema, Pesta Riuh-Riah. Dasarnya event menurut Gee itu tak terbatas, komunitas pemuda kain Surabaya merupakan tempat pemuda Surabaya bisa mengaktualisasikan diri.
“Misal anggota kita ada yang tahu cara membatik akan kita buat workshop batik, atau sekedar kita buat forum sharing untuk teman-teman. Kita sekarang mengadakan Disko Bergema vol. 2 di Cipunegara No. 48 Surabaya dari tanggal 15 Mei sampai 21 Mei 2022 puncaknya, kita juga mengadakan loka karya, yaitu loka karya teknik mencuci kain,” jelas Gee
Adanya komunitas yang sempat diundang oleh wakil Walikota Surabaya oleh Cak Ji untuk ikut podcastnya ini, berharap agar pemerintah bisa mendukung komunitas anak muda yang peduli dengan budaya ini.
“Karena kita yang tahu, mau kita apa, teknik atau platform apa yang cocok dengan kita, ya anak muda sendiri yang tahu, jadi aku menghimbau kepada pemerintah lebih peduli dengan kita kedepannya,” papar pemuda 25 tahun ini.
Kedepan Pemuda Berkain Surabaya yang anggotanya rata-rata berumur 18-30 tahun ini, akan mengadakan pameran seni yang berkaitan dengan wastra, tak hanya itu komunitas ini juga berencana menggelar program yang peduli dengan UMKM atau pengrajin kain.
“Kita juga masih mencari-cari sponsor untuk bisa terealisasikan, serta partisipannya juga harus mau menjalankannya dan paling penting dari kampanye kita di komunitas ini, yaitu ingin menormalisasikan berkain, jadi memakau kain sudah dianggap normal,” tutup Gee. (jel/din)