Pekanbaru (pilar.id) – Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengumumkan keberhasilan Tim Pengembangan Aset Utara dalam mengoptimalkan biaya pemboran di Lapangan Bangko, Wilayah Kerja Rokan.
Inisiatif ini mencakup digitalisasi peta area sumur dan rekayasa desain casing dua string untuk delapan pemboran, yang telah berhasil menghemat biaya operasional hingga 54 miliar rupiah.
Dengan rencana pemboran mencapai 57 sumur pada akhir 2024, PHR berpotensi menghemat total hingga 414 miliar rupiah.
Lapangan Bangko memiliki karakteristik unik dengan banyak kantong gas (gas pocket) di lapisan bawah permukaan. Tim PHR melakukan pemetaan mendalam untuk menentukan titik pemboran yang optimal.
Melalui digitalisasi pemetaan seluruh sumur yang ada, lokasi pengeboran untuk sumur-sumur target yang berada di luar area penyebaran gas berbahaya dapat diidentifikasi dengan tepat.
Selain itu, tim juga mengubah desain casing dari tiga string menjadi dua string, menggunakan metode Intermedietless casing yang mengutamakan keselamatan dan mempercepat proses pemboran.
Tim Asset Development (AD) North menjelaskan bahwa digitalisasi seluruh data sumur di Lapangan Bangko memungkinkan pemetaan yang lebih efisien, mengurangi waktu pemilahan kandidat sumur dari berhari-hari menjadi hanya hitungan menit.
Andre Wijanarko, EVP Upstream Business PHR, menekankan pentingnya menciptakan lingkungan kerja yang inovatif. “Kami memberikan ruang bagi ide-ide kreatif agar dapat menemukan solusi yang meningkatkan kinerja produksi secara keseluruhan,” ungkap Andre.
Lapangan Bangko, yang telah beroperasi selama lebih dari 50 tahun, telah memberikan kontribusi besar terhadap produksi minyak nasional. Produksi minyak dari reservoir berkualitas tinggi di lapangan ini mencapai puncak 141 ribu barel pada tahun 1972. Namun, seiring penurunan tekanan di reservoir, produksi secara alami menurun.
Setelah alih kelola Wilayah Kerja Rokan pada Agustus 2021, PHR fokus mengeksplorasi cadangan lain, khususnya dari reservoir Telisa, yang memiliki potensi cadangan minyak signifikan meski tingkat recovery saat ini baru mencapai 2%. “PHR akan terus mengoptimalkan produksi melalui inovasi yang diciptakan oleh para perwira kami,” tutup Andre. (hdl)