Bandung (pilar.id) – Public Displays of Affection atau PDA bukan hal baru. Perilaku ini sudah muncul lama, dan makin menguat saat era sosial media. Perilaku ini pun diam-diam mengundang banyak peneliti untuk mencari tahu, apa di balik tren ini.
Sebagian adalah riset untuk menggali persepsi perempuan dan laki-laki terhadap PDA. Di antaranya adalah penelitian yang dilakukan Christopher R. Agnew dan koleganya pada tahun 2008 yang dipublikasikan dalam jurnal “Journal of Social and Personal Relationships” dengan judul “Is Romance Measured Differently for Men and Women?”
Mereka mempelajari persepsi perempuan dan laki-laki terhadap kualitas hubungan romantis dan mencakup beberapa aspek termasuk PDA.
Lalu penelitian Amanda Denes dan koleganya pada tahun 2013 yang dipublikasikan dalam jurnal “Sex Roles” dengan judul “Exploring Gender Differences in PDA Attitudes and Behaviors Among College Students.” Penelitian ini melibatkan survei tentang sikap dan perilaku PDA di kalangan mahasiswa perguruan tinggi.
Penelitian lain dilakukan oleh Jennifer Harman dan koleganya pada tahun 2014 yang dipublikasikan dalam jurnal “The Journal of Sex Research” dengan judul “Who Does That in Public? Predictors and Gender Differences in PDA Attitudes and Behaviors.”
Mereka menganalisis sikap dan perilaku PDA berdasarkan faktor-faktor seperti status hubungan, keintiman, dan orientasi seksual.
Selain itu sebetulnya banyak penelitian lain yang memperdalam pemahaman tentang persepsi terhadap PDA oleh perempuan dan laki-laki. Data penelitian tersebut dapat memberikan wawasan lebih lanjut tentang topik ini. Beberapa poin yang muncul terkait PDA adalah sebagai berikut.
Persepsi dan preferensi pribadi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung memiliki persepsi yang lebih positif terhadap PDA daripada laki-laki. Mereka lebih mungkin melihatnya sebagai tanda kasih sayang, kemesraan, dan keamanan dalam hubungan. Namun, penelitian lain menunjukkan variasi dalam persepsi tergantung pada individu dan konteks budaya.
Norma sosial dan budaya
Norma sosial dan budaya memainkan peran penting dalam persepsi terhadap PDA. Beberapa budaya mungkin memiliki norma yang lebih terbuka terhadap PDA, sedangkan budaya lain mungkin lebih menekankan privasi dalam kemesraan. Persepsi terhadap PDA juga dapat bervariasi dalam komunitas tertentu tergantung pada norma dan nilai-nilai yang berlaku.
Tingkat kenyamanan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung merasa lebih nyaman dalam melakukan atau menyaksikan PDA daripada laki-laki. Namun, ada variasi individu yang signifikan dalam tingkat kenyamanan terkait dengan PDA, terlepas dari jenis kelamin.
Konteks dan hubungan
Persepsi terhadap PDA juga dapat dipengaruhi oleh konteks hubungan individu. Pasangan yang lebih terikat dan memiliki hubungan yang kuat mungkin lebih terbuka terhadap PDA, sedangkan individu yang baru dalam hubungan atau memiliki hubungan yang kurang stabil mungkin memiliki persepsi yang berbeda.
Perlu dicatat bahwa hasil penelitian dapat bervariasi dan tidak ada kesimpulan yang pasti. Faktor-faktor seperti budaya, nilai-nilai individu, dan pengalaman pribadi dapat mempengaruhi persepsi terhadap PDA pada perempuan dan laki-laki.
Lebih lanjut, penelitian selalu berada dalam perkembangan, dan penemuan baru dapat memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang topik ini. (ret/hdl)