Surabaya (pilar.id) – Bicara dalam forum ‘Menakar Fungsi Foto Jurnalistik dalam Lanskap Media Sosial’ Festival Komunikasi Ramadhan 2023 di Kampus Stikosa AWS, Selasa (4/4/2023), Mamuk Ismuntoro, fotografer pilar.id, mengingatkan pentingnya pemahaman terhadap perubahan dan sistem norma yang berkembang di dunia digital.
“Ketika foto dimuat di media sosial, maka foto itu akan menjadi lebih populis. Tapi di sisi lain juga menimbulkan kekhawatiran. Salah satunya kehilangan konteks jurnalistik,” tegas pendiri Komunitas Matanesia ini.
Ia pun mencontohkan, bagaimana sebuah foto jurnalistik bisa berganti bentuk dan format di dunia media sosial. “Ada foto jurnalistik yang menjadi meme,” kata Mamuk.
Bahkan, lanjutnya, ada foto yang digunakan sebagai pelengkap hoax dengan pengeditan ataupun keterangan foto yang serampangan.
Alumnus Stikosa-AWS ini kemudian mengutip sebuah polling yang dilakukan di Amerika Setikat. Katanya, foto jurnalistik dalam dekade ini telah melalui perubahan dan pergeseran yang signifikan.
Bahkan pelaku fotografi jurnalistik kini sudah berada dalam dua kutub pandangan berdefinisi. Ada yang bersepakat bahwa karya foto jurnalistik boleh diunggah di sosial media. “Sementara kutub lain tidak membenarkan,” ungkap Mamuk.
Dalam forum itu Mamuk kemudian mengingatkan definisi awal foto jurnalistik. Yakni karya foto yang dimuat di media massa sesuai konteks yang ingin disampaikan.
“Seperti halnya foto-foto yang ada di majalah dan surat kabar. Itu semua foto jurnalistik. Bahkan foto KTP pun bisa menjadi foto jurnalistik jika ada konteks pemberitaannya,” terang Mamuk.
Terkait fenomena foto jurnalistik di media sosial, diakui Mamuk, telah terjadi bahkan sejak platform ini dikenal di Indonesia.
“Sebab tampilan visual karya-karya foto itu menarik, sehingga dapat meningkatkan engagement dan followers di media sosial,” lanjutnya.
Foto, kata Mamuk, menjadi salah satu elemen penting di media sosial, terutama platform berbasis visual seperti Instagram, Pinterest, atau TikTok. Foto dapat menarik perhatian, menyampaikan pesan, dan membangun kredibilitas merek atau individu.
Foto juga dapat meningkatkan engagement dengan followers, yaitu interaksi yang terjadi antara pengguna media sosial dan konten yang dibagikan. Engagement dapat berupa likes, comments, shares, saves, atau views.
Pengaruh foto dalam meningkatkan engagement dengan followers di media sosial sangat kuat, karena foto dapat mempengaruhi emosi, persepsi, dan minat followers terhadap konten yang ditampilkan.
Meski demikian, ia mengingatkan, keberadaan foto jurnalistik di media sosial memang butuh waktu panjang agar mendapat tempat yang benar. “Digitalisasi ini punya dampak baik dan buruk. Kita musti cermat, bijak, dan tetap semangat dalam berkarya,” tutupnya. (hdl)