Semarang (pilar.id) – Sepanjang Januari hingga Oktober 2022, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jateng mencatat, jumlah bibit yang sudah ditanam mencapai 1.177.075. Penanaman bibit ini tersebar di wilayah Kota Semarang dan Kabupaten Semarang, lalu Blora, Rembang, Grobogan, Pati, Kudus, Jepara, Demak, kemudian Boyolali.
Selain itu juga di Kabupaten dan Kota Tegal, Salatiga, Kabupaten dan Kota Pekalongan, Batang, Kendal, Pemalang, Brebes, Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, Purbalingga, Wonosobo, Temanggung, Surakarta, Klaten, Sragen, Karanganyar, Wonogiri, Sukoharjo, Kebumen, Purworejo, Kabupaten Magelang, dan Kota Magelang.
Hal ini disampaikan Sekda Jateng Sumarno, ketika hadir dalam program penanaman pohon dalam rangka HUT ke-51 Korpri Provinsi Jawa Tengah di Agro Gondang, Desa Jembrak, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Sabtu (26/11/2022).
Kegiatan penanaman bibit pohon ini diikuti oleh sekitar 700 orang dari OPD provinsi, sejumlah perusahaan, serta masyarakat kabupaten dan desa setempat.
Data Dinas LHK Prov Jateng, bibit yang ditanam meliputi tanaman Multipurpose Tree Species (MPTS) dan kayu keras (kehutanan). Seperti jati, mahoni, sengon, flamboyan, kelor, sirsat, beringin, akasia, aren, cemara, asam jawa, pucuk merah, trembesi, ketapang kencana, tabebuya, durian, jambu biji, pachira, mangga, nangka, dan masih banyak lagi termasuk tanaman mangrove.
Fokus penanaman pohon ini dilakukan pada lahan kritis. Karena hingga saat ini masih ditemukan lahan kritis di sejumlah wilayah di Jawa Tengah. Di luar itu, upaya ini dilakukan untuk menyelamatkan kawasana aliran sungai.
“Ini bagian kecil upaya dari pemprov berupa kontribusi ASN dan anggota Korpri untuk ikut berkontribusi mengatasi problem lahan kritis,” kata Sumarno.
Dijelaskan, program OPD yang digencarkan secara masif ini dilakukan untuk menyelamatkan lahan kritis. “Ini juga bentuk kepedulian gerakan teman-teman ASN untuk memotivasi masyarakat peduli masalah lingkungan karena problem lingkungan daerah aliran sungai,” tambahnya.
Sumarno juga mengatakan, penyelamatan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama. Langkah ini dinilai sangat penting, utamanya untuk menjaga ketersediaan air bersih di sumber mata air.
Jika tanaman itu nanti dirawat masyarakat, bisa memberi keuntungan secara ekonomi dan penguatan pencegahan kebencanaan.
“Di satu sisi ada aspek ekonomi, di satu sisi ada aspek yang lebih penting yaitu aspek kebencanaan. Kebencanaan di atas, kebencanaan di bawah. Sekarang banjir tidak hanya di bawah (dataran rendah) problemnya tapi di atas (dataran tinggi) juga problem masalah banjir karena kondisi yang seperti ini,” jelas Sumarno.
Sementara Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jateng Widi Hartanto menjelaskan, pemilihan lokasi penanaman di Desa Jembrak karena memang ada perubahan lahan.
Awalnya banyak tanaman di perbukitan. Kini menjadi kritis. Di lahan seluas 2,5 hektare itu dilakuka penanaman. “Sehingga dilakukan penanaman untuk mendukung penyelamatan daerah aliran sungai Tuntang yang merupakan daerah prioritas, yang harus dipedulikan,” terangnya.
Terkait bibit yang digunakan mencapai 602 bibit. Sementara bibit yang akan dibagikan ke masyarakat mencapai 3 ribu bibit.
“Kami melakukan kegatan rehabilitasi hutan dan lahan. Mulai dari penghijauan yang sudah kita lakukan, termasuk yang hari ini adalah upaya untuk menyelamatkan lahan kritis karena tadinya bukit ini ada kegiatan pengambilan material maka tanamannya menjadi hilang. Hari ini kita lakukan rehabilitasi, kita lakukan penanaman bersama masyarkat,” jelas Widi. (hdl)