Gresik (pilar.id) – Peci, kopiah, atau songkok di tanah air, identik dengan penampilan pria muslim dan tokoh pergerakan nasional. Terutama sosok Soekarno, Presiden Pertama RI.
Dalam perjalananya, peci, kopiah atau songkok bukan lagi penanda identitas seorang muslim. Di beberapa daerah, terutama di Jawa, peci atau songkok juga dipakai oleh banyak pria. Sejumlah pemimpin dan pejabat Indonesia juga memakainya, terutama di acara-acara resmi kenegaraan.
Gresik, Jawa Timur, salah satu kota muasal penyebaran Islam di Jawa oleh Walisongo menjadi daerah yang terkenal dengan produksi songkoknya. Istilah songkok memang lebih lazim dipakai, termasuk penyebutannya dalam berbagai kemasan produksi.
Perajin songkok tersebar di 12 kecamatan dengan perajin terbanyak di Kecamatan Gresik. Produsen Songkok bermerk ‘Syafaat’, adalah satu di antara industri kecil di Desa Kroman, Kecamatan Gresik. Dengan total 30 porang (sebutan setempat bagi buruh perajin) dan kapasitas produksi hingga ratusan kodi per minggunya.
“Saat ini terdapat sekitar 8 produsen (merk) songkok di Desa Kroman. Songkok Safaat termasuk produsen terbesar yang memiliki beberapa tempat produksi di desa ini,” jelas Oni, koordinator porang di salah satu rumah produksi songkok Syafaat.
Sementara itu, Mukhtar, 64 tahun, salah satu porang mengatakan, songkok produksi Syafaat terdiri dari berbagai jenis seperti songkok polos, susun dan songkok ‘AC’ dan telah dipasarkan ke berbagai kota diantaranya Ponorogo (Jawa Timur), Kudus dan Blora (Jawa Tengah).
“Saat pandemi tahun lalu, produksi songkok sempat melambat, namun perlahan bangkit dan normal hingga saat ini,” imbuh Mukhtar, yang telah menjahit songkok sejak muda.
Perjalanan songkok dari waktu ke waktu memang tergolong lestari. Kebutuhan akan penutup kepala pria ini sejalan dengan tingkat kesadaran akan tradisi. (mis/hdl)