Jakarta (pilar.id) – Science Film Festival 2023, yang diselenggarakan di Indonesia mulai 21 Oktober hingga 30 November, mencapai pencapaian luar biasa dengan menarik minat lebih dari 95 ribu siswa tingkat SD-SMA. Dalam edisi ke-14 festival ini, pelajar dari 70 kabupaten dan kota terlibat dalam eksplorasi tema ‘Agenda Dekade Restorasi Ekosistem dari PBB’ melalui pemutaran film dan eksperimen sains.
Elizabeth Soegiharto, Koordinator Program Goethe-Institut Indonesien, menyampaikan pada Selasa (12/12/2023), bahwa festival tahunan ini, yang diinisiasi oleh Goethe-Institut, berhasil mencapai sekitar 50 persen lebih banyak siswa dibandingkan tahun sebelumnya. Pada edisi tahun sebelumnya, festival menarik perhatian 63.414 pelajar di 55 kabupaten dan kota di Indonesia.
Selama berlangsungnya festival tahun ini, terdapat 475 sesi penayangan film dan eksperimen sains yang diselenggarakan secara langsung di ratusan sekolah, institusi pendidikan, pusat sains, dan komunitas. Sementara itu, penayangan daring melalui platform Zoom mencakup 112 sesi di lebih dari seratus sekolah, dinas pendidikan, dan komunitas.
Science Film Festival di Indonesia memutar 18 film dari 12 negara, antara lain Afrika Selatan, Amerika Serikat, Argentina, Brazil, Chile, Indonesia, Inggris, Jerman, Kazakhstan, Kolombia, Tanzania, dan Thailand. Festival juga menyiapkan sepuluh eksperimen sains yang dapat dipraktikkan oleh para peserta setelah pemutaran film.
Berbagai kota yang berpartisipasi dalam festival ini melibatkan Aceh, Arguni, Bandung, Belitung Timur, Bintuni, Dolok Sanggul, Flores Timur, Jakarta, Jayapura, Kefamenanu, Pematang Siantar, Sidikalang, Sumbawa, Tobelo, Waikabubak, dan masih banyak lagi.
Elizabeth menambahkan bahwa antusiasme tinggi terhadap Science Film Festival mendorong Goethe-Institut untuk memperpanjang kegiatan festival hingga 20 Desember di sejumlah sekolah di Medan dan beberapa pusat sains di Indonesia.
“Generasi muda memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam upaya restorasi ekosistem. Kami berharap partisipasi para siswa di 70 kabupaten dan kota dalam Science Film Festival dapat membangkitkan minat dan semangat mereka untuk terlibat secara kreatif dalam upaya melestarikan atau memulihkan ekosistem,” ujar Elizabeth.
Pada tahun 2023, Science Film Festival menjadi mitra pendukung resmi untuk agenda Dekade Restorasi Ekosistem dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Agenda ini mencakup periode 2021 hingga 2030, yang juga merupakan tenggat waktu untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan dianggap sebagai jendela terakhir untuk mencegah perubahan iklim yang dapat membawa bencana.
Restorasi ekosistem melibatkan upaya membantu ekosistem yang rusak atau hancur untuk pulih, sekaligus melestarikan ekosistem yang masih utuh.
Festival tahun ini mendapatkan dukungan dari beberapa mitra utama, termasuk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi; Kedutaan Besar Republik Federal Jerman; inisiatif “Sekolah: Mitra menuju Masa Depan” (PASCH); Bildungskooperation Deutsch (BKD); Rolls Royce; Universitas Paramadina; Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya; Universitas Negeri Jakarta, dan PGRI. (ipl/hdl)