Kulon Progo (pilar.id) – Bermula dari banyaknya limbah tongkol jagung atau janggel di lingkungannya yang tidak termanfaatkan, seorang pemuda asal Kulon Progo, Ade Kurniawan berhasil menyulapnya menjadi kerajinan yang mendatangkan cuan.
Mahasiswa semester enam jurusan Seni Kriya Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini menyebut, hasil produk dari usaha yang bernama Craft Imagination Product (CIP) Janggel ini sangat beraneka ragam mulai dari tempat tisu, gantungan kunci, lampu tidur, sandal terapi, miniatur bangunan, cerutu, hiasan dinding, lukisan, hingga kursi dan meja.
“Awalnya dulu itu saat SMA saya diminta untuk maju Lomba Seni Siswa Nasional (LSSN) di bidang lomba seni kriya kerajinan alam. Dan disuruh pakai bahan baku alam,” ucap Ade, Selasa (24/1/2023).
Ade menceritakan saat itu, rumahnya yang berada di Dusun Ngaliyan, Ngargosari, Samigaluh tengah panen jagung. Oleh petani di sekitarnya, limbah tongkol jagung banyak yang dibuang dan dibakar. Kemudian terlintas ide untuk memanfaatkan tongkol jagung tersebut.
“Saat maju lomba itu pertama kali membuat tempat tisu, dan berhasil juara dua tingkat Provinsi,” kenangnya.
Inovasi yang digeluti Ade ini, selain mendatangkan cuan, juga untuk mengurangi limbah sisa hasil bumi atau zero waste yang ramah lingkungan (eco friendly), eco green, dan berkelanjutan (sustainable).
Sejak saat itu, Ade mulai serius mendalami usahanya. Berbekal kreasinya, Ia mulai membuat mesin rakitan ala kadarnya untuk memudahkan proses produksi.
Seiring berjalannya waktu, mulai banyak pesanan yang datang diusahanya yang ditekuni sejak 2018 ini. Usahanya ini juga turut memberdayakan masyarakat setempat dengan terciptanya lapangan kerja baru.
Selain itu, kreativitas dan inovasinya ini berhasil dilirik Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno. Ia berkesempatan untuk berbincang dan membagikan kesuksesannya sebagai salah satu Generasi Z yang aktif memanfaatkan peluang menjadi usaha dalam acara Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) beberapa waktu lalu.
“Waktu ketemu Pak Sandiaga di acara Anugerah Desa Wisata Indonesia itu cukup lama kami membahas seperti permasalahan dan kendala yang dihadapi, dan juga dapat bantuan mesin,” ungkapnya.
Kendati terbuat dari limbah, produk kerajinan tongkol buatannya mempunyai kekuatan daya tahan baik saat cuaca panas maupun dingin hingga lebih dari tiga bulan. Ade mengungkapkan, produk yang dihasilkan dijual mulai Rp 5 ribu-Rp 3 juta, tergantung jenis dan ukuran produk.
“Pemasaran kami ada dua, secara offline biasanya di Bandara Yogyakarta International Airport (YIA), dan online hampir diseluruh marketplace maupun sosial media,” tuturnya.
Selain diminati lokal, produksinya ini juga diterima pasar luar negeri seperti Malaysia, Cina, Jerman hingga Amerika. Di samping kesibukannya, Ia juga aktif mengikuti kegiatan pameran di berbagai daerah dan lomba mahasiswa.
Dikatakan Ade, proses pembuatan dimulai dengan menjemur tongkol jagung hingga kering. Proses ini memerlukan waktu tiga sampai tujuh hari, tergantung kondisi cuaca. Setelah kering, serabut halus pada bagian tongkol tersebut diamplas dan dipotong rata dengan ketebalan sekitar 1 centimeter.
“Potongan-potongan tongkol ini kemudian disusun dan ditempelkan sesuai produk yang dibuat, lalu ditambah lem, diratakan lagi dengan amplas,” pungkasnya. (riz/din)