Kulon Progo (pilar.id) – Pemerintah Kabupaten Kulon Progo menerapkan sistem pertanian yang berdasar pada budaya dan kearifan lokal masyarakat sekitar dalam rangka melakukan optimalisasi pertanian khususnya di wilayan pesisir.
Sistem yang digunakan adalah sistem pertaninan surjan. Yakni, sistem pertanian dimana lahan sawah dibuat sedimikian rupa sehingga memiliki perbedaan ketinggian. Lapisan tanah di bagian atas diambil atau digali secara memanjang dengan lebar tertentu.
Sehingga, memunculkan ketinggian lapisan tanah yang berbeda di sampingnya yang disebut sebagai surjan. Sistem tanam ini, memang dinilai cocok untuk daerah rawa dan pesisir. Sistem ini dikembangkan oleh Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo untuk menciptakan lahan pertanian di kawasan pesisir selatan wilayah tersebut.
Program Sawah Surjan Kulon Progo (SurjanKU) tersebut, diluncurkan secara resmi di Bulak Palem Sewu, Garongan, Panjatan, pada Selasa (1/11/2022) oleh Penjabat (Pj) Bupati Kulon Progo, Tri Saktiyana.
Turut hadir pula dalam acara tersebut, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, Aris Nugroho dan beberapa pejabat di lingkungan Kabupaten Kulon Progo.
Dalam kesempatan tersebut, Aris turut menjelaskan jika kegiatan ini merupakan upaya mengoptimalkan potensi kawasan lahan Surjan sebagai antisipasi gagal panen wilayah pesisir selatan Kulon Progo yang selalu terendam banjir dan rawan bencana.
“Kami bersama Gapoktan Manunggal Karyo telah berhasil mencetak lahan sawah surjan baru seluas 12 Hektar. Lahan Surjan ini adalah lahan istimewa yang hanya ada di Kabupaten Kulon Progo yang sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2019,” kata Aris.
Selain itu, dilakukan juga penandatangan komitmen bersama dengan sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) yang akan berkolaborasi untuk melestarikan dan mengoptimalkan potensi kawasan lahan sawah surjan sebagai kawasan Agroeduwisata Budaya.
“Dengan penetapan tersebut, diharapkan semua pihak mampu melestarikan serta memberikan inovasi dan kolaborasi, untuk memaksimalkan potensi kawasan lahan sawah surjan sebagai kawasan Agroeduwisata Budaya sehingga membawa manfaat dan kesejahteraan bersama,” ucapnya.
Sementara, Penjabat (Pj) Bupati Kulon Progo, Tri Saktiyana menyampaikan kegiatan tersebut diharapkan dapat meluas hingga ke daerah lain khususnya di pesisir selatan Kulon Progo. Selain itu juga dapat membawa manfaat yang lebih besar, terlebih bagi peningkatan kualitas dan kuantitas pangan di Kulon Progo, terutama ketersediaan pangan yang baik dan memadai.
“Kemudian, ditetapkannya lahan sawah surjan menjadi WBTb maka harus kita upayakan pelestarian dan pemanfaatan dari lahan surjan, sehingga akan meningkatkan berbagai multiplier effect atau efek berganda untuk pendapatan dan kesejahteraan masyarakat,” tandasnya. (riz/fat)