Surabaya (pilar.id) – Lewat Dinas Pendidikan Jawa Timur, Pemprov Jawa Timur menyiapkan petunjuk teknis Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Hal ini disampaikan dalam keterangan tertulisnya, Selasa (28/3/2023).
Dijelaskan pula, aturan baru ini tak jauh beda dengan Permendikbud no 44 tahun 2019. Namun dalam aturan baru 2023, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memberi perhatian khusus bagi Ketua OSIS dan Hafidz Quran.
“Negeri kita butuh pemimpin hebat di masa depan. Kami melihat ketua OSIS SMA dan SMK itu kebanyakan SMP atau MTs nya juga menjadi ketua OSIS. Sehingga kami ingin mengakomodir ini sebagai apresiasi untuk generasi calon pemimpin bangsa,” terang Khofifah.
Dalam PPDB 2023, lanjutnya, ada kuota khusus Ketua OSIS dan Hafidz Quran. Pertimbangan ini dibuat karena melihat realitas yang ada saat ini, dimana ke depan dibutuhkan pemimpin hebat untuk memajukan negeri.
“Kita ingin mencetak generasi yang tangguh dan berkarakter sebagai calon pemimpin di masa depan. Karena itu sebagai apresiasi, kami berikan kuota satu siswa di setiap SMA/SMK Negeri Jawa Timur,” tambah Khofifah.
Disampaikan pula, Pemprov Jatim juga menyediakan golden ticket bagi siswa penghafal Al-Qur’an (Hafidz Quran). Kata Khofifah, ini perlu disediakan untuk menjaring siswa yang religis, memiliki kualitas keimanan, dan ketaqwaan yang tinggi.
“Kuota ini masuk dalam jalur Prestasi Hasil Lomba dengan proporsi 5 persen. Untuk hafidz Quran kita sediakan kuota di setiap SMA atau SMK Negeri di Jatim menerima satu siswa,” jelas Khofifah.
Khofifah juga mengatakan, Pemprov Jatim memberikan perhatian khusus kepada siswa penyandang disabilitas dari SMP-LB untuk dapat mengenyam pendidikan dimanapun.
Termasuk sekolah reguler. Dalam hal ini, Pemprov melalui Dindik Jatim merealisasikannya melalui kuota penyandang disabilitas.
Dengan kata lain, siswa penyandang disabilitas dari SMP-LB dapat mendaftar PPDB 2023 pada SMA dan SMK Negeri di Jawa Timur dengan ketentuan siswa tersebut adalah penyandang disabilitas ringan.
“Kami ingin Jawa Timur menjadi rumah yang nyaman untuk mengenyam pendidikan bagi siapapun. Kami beri kesempatan yang sama, tidak boleh ada diskriminatif. Dengan begitu kita bisa fokus dalam memberikan pendidikan yang berkualitas,” tandas Khofifah. (usm/hdl)