Jakarta (pilar.id) – Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra menilai, pemerintah harus melakukan antisipasi sejak dini dari sisi infrastruktur kesehatan. Hal itu menanggapi potensi masuknya varian baru Covid-19, Omicron.
Kata dia, jangan sampai jika varian omicron muncul di Indonesia, kasus seperti kamar rumah sakit penuh, kehabisan oksigen dan kehabisan ventilator, terulang kembali seperti saat varian delta menyerang pada Juni 2021.
“Dengan begitu ketahanan infrastruktur harus siap bila sewaktu-waktu terjadi lonjakan. Itu hal-hal yang harus kita antisipasi sejak dini,” kata Hermawan kepada Pilar.id, Minggu (5/12/2021).
Sebab, kata dia, Indonesia selalu terlambat untuk mendeteksi kasus covid-19 yang disebabkan oleh varian baru. Karena boleh jadi, cepat atau lambat varian omicron akan terdeteksi di dalam negeri.
Hanya saja, saat ini yang paling penting bagi pemerintah ialah melakukan penelusuran kasus mulai dari Oktober 2021. Pemerintah harus melakukan tracing pada seluruh perjalanan orang yang pernah datang dan menuju Afrika dan sekitarnya. Baik itu warga negara Indonesia (WNI) maupun warga negara asing (WNA)
Selain itu, pemerintah juga harus aktif menemukan kasus covid-19 secara cepat dengan meningkatkan testing dan tracing pada perjalanan ke Afrika dan negara-negara yang sering dikunjungi masyarakat Indonesia.
“Jangan sampai kita menganggap remeh. Kota harus mempersiapkan antisipasi dengan baik,” ujarnya.
Paralel dengan testing dan tracing, pemerintah juga harus fokus melakukan vaksinasi pada lansia. Jika nanti varian omicron ditemukan di Indonesia, maka lansia yang memiliki risiko tinggi, bisa diminimalisir kejadian yamg tidak diinginkan.
Kata Hermawan, covid-19 akan melahirkan varian-varian baru yang terus akan bermutasi. Maka dari itu, masyarakat tidak boleh lengah menjalankan protokol kesehatan yakni memakai masker, menjaga jarak aman, mencuci tangan dengan sabun (3M).
Di sisi lain, pemerintah juga tidak boleh melonggarkan kebijakan mobilitas. Saat ini diketahui seluruh aktivitas, dari mulai di pusat perbelanjaan, moda transportasi, dan perkantoran, sudah mulai kembali normal.
“Jadi praktis 3M itu hanya tinggal menggunakan masker saja. Padahal menjaga jarak itu merupakan bagian penting agar mencegah kerumunan. Mudah-mudahan pemerintah segera mengevaluasi dan kembali bijak dalam mengambil keputusan,” pungkas Hermawan. (her)