Surabaya (pilar.id) – Tahun ini, Kelenteng Sanggar Agung Surabaya tak menunjukkan ornamen yang meriah untuk menyambut Tahun Baru Imlek.
Meski demikian, pengunjung kelenteng di Surabaya Timur ini terbilang cukup banyak. Ini juga yang kemudian membuat Mohamad Iqbal Apriansyah, warga Surabaya, ikut mengais rejeki di gerbang masuk kelenteng dengan kostum badut.
“Di hari besar seperti sekarang, banyak pengunjung kelenteng sembahyang di sini, dari pagi sampai malam,” ungkapnya pada pilar.id.
Meningkatnya jumlah pengunjung tersebut, kata Rian, panggilan akrabnya, jadi momen untuk bersyukur karena kotak uang yang ia bawa jadi makin terisi.
“Hari biasanya, dapat sekitar Rp 100 ribu, tetapi di hari besar sekarang bisa sekitar Rp 200 ribu per harinya, tapi saya dapatnya Rp 130 ribu kalau, hasilnya Rp 200 ribu, jadi ada potongan,” sebut Rian yang menjadi badut di Kelenteng Sanggar Agung sejak tahun lalu ini.
Selain itu, Rian yang mangkal dari jam tujuh pagi hingga tujuh malam ini, menyebut ada sekitar 6 badut yang secara bergantian mangkal di kelenteng yang terletak di pesisir pantai tersebut.
“Kita bergantian mangkalnya, jadi saya tidak setiap hari disini, kadang dua sampai tiga kali seminggu mangkal. Di kelenteng juga, diijinkan hanya 2 badut di hari biasa, namun untuk hari raya besar saat ini, boleh sampai empat orang.
Meski begitu, Rian yang sudah tak bersekolah sejak lulus dari bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini, tetap bersemangat menekuni pekerjaan yang bisa dikerjakannya tersebut, walau sempat dilarang pengurus untuk mangkal di gerbang masuk kelenteng.
“Dulu pernah kami di beri surat komplain dari pengurus kelenteng, yang isinya pengunjung tak suka dengan kehadiran kami, karena kami dituduh akan marah, jika tidak diberi uang. Padahal itu tidak benar,” ceritanya.
Namun surat tersebut, tak pernah menggetarkan semangat para badut dalam menjemput rezeki di tempat ibadah tersebut, karena tuduhan tersebut, tidaklah benar.
“Yang punya tanah saja, tak pernah mempersalahkan adanya keberadaan kami, yang tak pernah sama sekali menganggu pengunjung saat datang atau pergi dari klenteng,” tegasnya.
Walau begitu, dirinya merasa terbantu atas perayaan Imlek tiap tahunnya, karena meningkatnya pengunjung, yang membuat dirinya mampu memenuhi kebutuhan sandang dan pangan keluarganya. (jel/hdl)