Surabaya (pilar.id)- Puluhan relawan turun tangan dalam kegiatan bersih pantai, yang berlokasi di samping jembatan Suramadu, pada Minggu (11/9/2022).
Agenda bersih bersih sampah ini di inisiasi oleh River Warrior dan diikuti oleh beberapa komunitas, diantaranya Ecoton, Brigade Popok. Serta beberapa mahasiswa UNAIR, UPI, Pramuka SMAN 3 Surabaya, ITATS, BEM UMM, UNTAG, STIKOSA AWS, Pencinta Alam Jabrik, Lindungi Hutan Surabaya, PENS, STKIP PGRI Sidoarjo, Universitas Hang Tuah dan Yayasan Ruang Pasien Indonesia.
Dalam kegiatan kolaborasi tersebut, mereka membersihkan sampah dan melakukan kegiatan brand audit merek sampah yang berhasil di evakuasi.
Seperti yang disampaikan Thara Bening Sandrina, selaku Founder River Warrior jika sampah yang berhasil di evakuasi oleh relawan sebanyak 25 karung berukuran 25 kilogram.
“Jika sampah ini kita total maka kita sudah mengevakuasi sampah sebanyak 500 kg atau setara dengan 5 Kuintal sampah yang meliputi, kresek, styrofoam, kemasaan sachet, botol plastik, senar, bungkus makanan,” sebut Thara.
Ia mengatakan, sampah-sampah tersebut berasal dari laut selat madura yang saat air laut pasang sampah-sampah tersebut tersangkut di pasir dan batuan.
Dalam kegiatan ini, Nimas Dwi sebagai salah satu partisipan mengatakan bahwa kegiatan bersih bersih pantai ini cukup penting sebagai bagian dari pengabdian kepada lingkungan.
“Dengan ikut kegiatan ini, saya berharap kita sebagai konsumen dan masyarakat memiliki rasa memiliki lingkungan dan mulai kurangi plastik sekali pakai, serta pelajari bahaya adanya polutan plastik di laut,” ujar mahasiswa Fakultas Hukum Univ Hang Tuah ini.
Tak hanya itu, Kepala Laboratorium Ecoton Rafika Aprilianti mengatakan, bahwa dalam sampah plastik dalam jumlah banyak maupun sedikit akan terfragmentasi menjadi serpihan kecil yang disebut mikroplastik.
Rafika menjabarkan, ada 2 jenis mikroplastik, yaitu primer dan sekunder. Mikroplastik primer adalah mikroplastik yang sengaja di buat industri ukurannya mikro dan berbentuk microbeads atau granul.
“Sedangkan Mikroplastik sekunder adalah hasil degradasi plastik makro plastik, menjadi mikroplastik yang ukurannya kurang dari 5mm, akibat faktor lingkungan dan mengontaminasi biota laut, air, kesehatan manusia dan lingkungan,” pungkasnya. (jel/din)