Jakarta (pilar.id) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2022 sebesar 5,95 persen secara year on year (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,69 persen (yoy).
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) memperkirakan, ke depan tekanan inflasi IHK akan meningkat akibat dampak lanjutan (second round effect) dari penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Selain itu, inflasi juga dipengaruhi menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan, dan masih tingginya harga energi dan pangan global.
“Berbagai perkembangan tersebut diprakirakan mendorong inflasi tahun 2022 melebihi batas atas sasaran 3,0±1 persen,” kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, di Jakarta, Selasa (4/10/2022).
Karena itu, BI menyarankan, diperlukan sinergi kebijakan yang lebih kuat antara pemerintah pusat dan daerah dengan BI. Sinergi tersebut dilakukan baik dari sisi pasokan maupun permintaan untuk memastikan inflasi kembali ke sasarannya pada paruh kedua 2023.
BI, lanjut Erwin, terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan mitra strategis dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui peningkatan efektivitas pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah untuk menjaga stabilitas harga dan ketahanan pangan. “Inflasi inti pada Sepember 2022 terjaga sebesar 0,30 persen (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi Agustus 2022 yang sebesar 0,38 persen (mtm),” lanjutnya.
Menurut Erwin, penurunan inflasi inti secara bulanan terutama dipengaruhi oleh deflasi komoditas emas perhiasan. Penurunan lebih lanjut tertahan oleh kenaikan kelompok pendidikan seiring dengan berlanjutnya proses pemulihan ekonomi.
“Secara tahunan, inflasi inti September 2022 tercatat 3,21 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,04 persen (yoy),” jelas dia.
Ke depan, inflasi inti dan ekspektasi inflasi diprakirakan masih berlanjut sejalan dengan dampak lanjutan (second round effect) dari penyesuaian harga BBM bersubsidi dan menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan. BI juga berkomitmen untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan inflasi inti kembali ke sasaran 3+1 persen pada paruh kedua 2023. (ach/hdl)