Jakarta (pilar.id) – Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai transaksi uang elektronik tumbuh 41,35 persen year on year (yoy) mencapai Rp27,1 triliun per Februari 2022. Sementara, nilai transaksi digital banking meningkat 46,53 persen (yoy) menjadi Rp3.732,8 triliun.
“BI akan melanjutkan akselerasi digitalisasi, memperkuat sistem pembayaran yang cepat, mudah, murah, dan aman,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo, di Jakarta, Rabu (13/4/2022).
Sementara itu, nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debit, dan kartu kredit juga mengalami pertumbuhan 2,88 persen (yoy) menjadi Rp596,2 triliun. Di sisi lain, uang kartal yang diedarkan pada Februari 2022 naik 12,49 persen (yoy) mencapai Rp881,5 triliun.
BI, lanjut Perry, akan terus memastikan kecukupan kebutuhan, distribusi uang, dan layanan kas dalam rangka mendorong konsumsi masyarakat untuk mendukung pemulihan ekonomi, termasuk dalam rangka menyambut bulan Ramadhan serta hari raya Idul Fitri 2022.
Salah satu langkah yang ditempuh BI adalah melakukan perluasan penggunaan QR Indonesian Standard (QRIS) melalui implementasi program SIAP QRIS. Karena itu, BI meningkatkan limit QRIS dari semula Rp5 juta menjadi Rp10 juta yang mulai berlaku sejak 1 Maret 2022.
“Hal itu untuk mendukung pencapaian 15 juta pengguna baru QRIS pada 2022, serta mendorong konsumsi masyarakat,” kata Perry.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menambahkan, intermediasi perbankan melanjutkan tren peningkatan dengan pertumbuhan kredit 6,33 persen (yoy), terutama ditopang kredit UMKM-retail dan korporasi dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 8,75 persen dan 5,83 persen per Februari 2022.
Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) mengalami pertumbuhan double digit sebesar 11,11 persen yang utamanya didukung kenaikan giro sebesar Rp30,1 triliun. “Perkembangan tersebut merefleksikan keyakinan investor dan masyarakat terhadap perekonomian Indonesia masih baik,” kata Wimboh. (ach/hdl)